Senin, 11 Juni 2018

7. Yang ada hanya immateri

7. Yang ada hanya immateri

Sedikit lebih jauh tentang wujud. Setiap wujud adalah tunggal dan sederhana. Tidak seperti fungsi, yakni hal material, yakni sesuatu yang dianggap ada karena pengenalan semu. Contoh fungsi adalah tangan. Adakah tangan? Tidak. Yang ada adalah jaringan-jaringannya, yakni kulit, tulang, otot dst. Kita ambil salah satunya, kulit misalnya. Adakah kulit? Tidak ada juga. Yang ada adalah sel-sel kulit. Adakah sel kulit? Tidak ada juga. Yang ada adalah bagian-bagian sel kulit.... Demikian seterusnya tanpa ujung. Semakin anda perhatikan lebih rinci ternyata kesemua fungsi itu, kesemua hal material itu hakikatnya tak ada. Lalu apakah tidak ada yang ada dari alam material? Alhasil harus ada sesuatu, atau banyak sesuatu, yang ada secara hakiki yang menghasilkan fungsi-fungsi itu, yang membuahkan hal-hal material itu. Itulah sepertinya gambaran paling jauh yang dapat diperoleh tentang alam material.

Bandingkan dengan pengetahuan anda sendiri. Tentang tangan yang sama misalnya. Dari melihat fenomena tangan kemudian anda menduga bahwa tangan ada. Dugaan anda itu, cukup mengejutkan, ternyata ada, benar-benar ada dalam benak anda. Dan kalau diperhatikan dengan seksama ia tunggal dan sederhana. Ia adalah ia saja, tanpa bagian ini itu. Hanya saja kadang ia dinyatakan, disampaikan tanda-tandanya dengan kata-kata, menjadikannya seolah terdiri dari konsep-konsep ini itu, bunyi-bunyi ini itu, dst.

Silahkan bandingkan pula fungsi dengan rasa anda. Saat anda merasakan lapar misalnya. Saat itu anda yakin, tahu 100% bahwa rasa itu ada, juga ia tunggal dan sederhana. Sama juga, ada kalanya ia dinyatakan dengan kata-kata, sehingga seolah tersusun.

Silahkan pula resapi keakuan, kedirian anda. Samakah kewujudannya dengan fatamorgana berupa hal-hal material yang disebut fungsi?
###

Bagaimana dengan sang Pencipta, apakah Dia ini semacam fungsi atau semacam wujud? Mungkin pertanyaannya harusnya begini. Adakah yang lebih hakiki wujudnya dari sang Pencipta? (Sementara semua wujud dan fungsi bergantung hanya kepadaNya.)
###

Bayangkan satu ketika hanya sang Pencipta yang ada, sendirian. Adakah sesuatu yang dapat ditambahkan kepadaNya oleh selain diriNya? Jelas tak ada, kan Dia sendirian.

Sekarang bayangkan Dia mencipta makhluk-makhluk, yakni ada wujud selainNya. Adakah sesuatu yang dapat ditambahkan kepadaNya oleh selain diriNya? Masih sama juga, tak ada. Bukankah jelas bahwa makhluk adalah akibat yang bahan gerak dan alat geraknya adalah Dia sendirian?

Sebagaimana jelas bahwa segenap wujud selain Dia hanyalah perbuatanNya, hanya akibatNya, jelas pula kemudian bahwa tak ada satupun yang dapat menambahkan apapun kepada diriNya. Demikianlah kaya itu. Begitulah mandiri itu. Demikianlah Dia menguasai semua wujud. Jadilah Dia sang Tuan.
###

Oke, katakan bahwa sang Pencipta itu tunggal dan sederhana. Tapi bagaimana kemudian Dia memunculkan keragaman pada makhluk-makhluk? Tidakkah cukup aneh bahwa kesederhanaan yang tunggal lalu membuahkan keragaman? Jangan-jangan sang Pencipta ini memang tidak tunggal dan sederhana...

Karena Dia tunggal dan sederhana maka perbuatanNya, yakni makhluk yang diciptaNya (secara langsung) hanya satu saja. Karena yang Dia tahu hanya diriNya saja maka wajarlah jika makhluk ini kemudian adalah keserupaanNya. Namun bagaimanapun ternyata Dia tak mampu menjadikan makhluk ini benar-benar sama denganNya. Dalam hal kaya, yakni tak membutuhkan, dalam hal mandiri, dalam hal menguasai segenap wujud. Kemustahilan, yakni kontradiksi wujudi, itulah yang menjadikannya demikian.

Dari sudut pandang sang Pencipta yang ada hanya kesederhanaan dan ketunggalan. Namun dari sudut makhluk yang ada kemudian adalah keragaman, ada sang Pencipta ada makhluk, ada kaya ada miskin, ada mandiri ada bergantung, ada yang berkuasa ada yang dikuasai.

Keserupaan makhluk pertama, katakan begitu, dengan sang Pencipta kemudian adalah pada sifat-sifat selain hakikat ke-Tuan-an. Di antara keserupaan itu adalah berbuat, yakni mencipta. Makhluk pertama kemudian mencipta makhluk kedua. Anda lihat bahwa keragaman itu lalu semakin bertambah. Ada sang Pencipta, ada makhluk pertama, ada makhluk kedua. Dan bertambah, dan bertambah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar