Selasa, 14 Agustus 2018

Meniru Nabi

Meniru Nabi

Catatan ini akan banyak mengutip ungkapan alQuran. Bukan karena ahli alQuran, atau kompeten dalam menafsirkannya, atau paham sepenuhnya Islam Muhammadi. Saya adalah pelajar yang memandang argumen-argumen sebagai bagian dari sarana berpengetahuan, berkeyakinan. Allah, saya berharap hanya kepada Anda. Sampaikanlah kami kepada pengetahuan! Sampaikan kepada keyakinan! Lebih dari itu, sampaikan kami kepada kerelaan Anda! Demi benarnya Muhammad, kekasih Anda, juga keluarga Muhammad, para pilihan Anda. ###

"Katakan! Jika kalian mencinta Allah maka tirulah saya (Muhammad), Allah akan mencinta kalian dan mengampuni untuk kalian dosa-dosa kalian..." (Ali Imran: 31)

Salah satu bagian yang unik dari ungkapan alQuran ini "tirulah saya". Tidak dinyatakan dengan tirulah yang seperti saya. Tak disebutkan dengan ikuti kata-kata saya. Tak pula dinyatakan dengan taatilah saya. Seolah beliau dihadirkan oleh representasi yang identik dengan beliau sendiri. Di zaman manapun yang mendengar ungkapan alQuran. Seolah beliau sendiri hadir bersama ungkapan agung tsb. ###

"Dan mereka yang ingkar (akan) bilang: Andai saja diturunkan kepadanya satu tanda dari Tuannya. Anda hanyalah seorang pemberi peringatan. Dan untuk setiap kaum (ada) seorang pemberi petunjuk." (arRa'd: 7)

Sebagian kaum adalah mereka yang tidak mampu menerima argumentasi dalam bentuk pengetahuan dan penalaran. Lebih tepatnya enggan berpikir, berlogika, berdialektika. Itulah mereka yang merasa asing dengan agama yang dibawa Muhammad saw. Agama yang sebenarnya hanya bisa tegak di atas pondasi pengetahuan kokoh tentang kosmos, penciptaan, ketuanan, ketuhanan.

Sebagian orang adalah kaum yang instan. Kaum yang ingin dimanjakan dalam keberimanannya dengan mukjizat material yang terindera langsung olehnya. Mereka hanya akan percaya kepada seruan kepada kebenaran jika dihadirkan mukjizat material dihadapannya. (Saya jadi ingat acara di tv yang gemar mengulang-ulang ungkapan "Mukjizat itu nyata! Mukjizat itu nyata!") Termasuk dalam masyarakat yang hidup sezaman dengan Nabi saw.

Menanggapi mereka ini Allah mengingatkan Nabi. Wahai Nabi, katakan kepada kaum yang malas menalar itu! Mukjizat bukanlah mainan untuk menyenangkan mata. Sementara anda bukan pula badut bagi mereka. Bukan pada tempatnya bahwa anda membawa mukjizat material kemana-mana. Hanya Allah, Tuan anda, yang berhak menentukan kapan dan di mana mukjizatNya harus ada. Tetapi anda adalah seorang pemberi peringatan, yang terhormat, tentang akhir pedih bagi mereka yang mengingkari pengetahuan dan fakta.

Bagi mereka yang membuka hati dan penalaran untuk kebenaran, Allah menyampaikan sebuah tanda yang besar. Bahkan melebihi hebatnya mukjizat inderawi manapun. Tidak dinyatakan terpisah dari konteks ayat tsb. (Menurut saya ini bentuk komunikasi efisien yang unik. Satu pernyataan ringkas dengan banyak maksud yang saling menguatkan.)

Satu tanda bahwa Muhammad saw seorang utusan yang benar adalah bahwa dalam setiap zaman, bagi ummatnya, bagi umat manusia yang diistimewakan dengan kenabian beliau, ada seorang pemberi petunjuk. ###

"...maka siapa mengikuti/meniru petunjukKu, maka tiada (satu) takut pada mereka. Dan mereka tak akan bersedih." (alBaqarah: 38)

Allah menentukan bahwa hak Dia untuk memberi petunjuk. Adalah wewenangNya menentukan siapa sosok yang merepresentasikan petunjukNya itu.

"Bukan (kewajiban) pada anda (Muhamad) petunjuk mereka, tetapi Allah akan memberi petunjuk siapa yang Dia mau..." (alBaqarah: 272) ###

"Dan siapa (ingin) mentaati Allah dan rasulNya maka mereka itu bersama yang nikmat Allah atas mereka. Dari para nabi, juga kaum yang membenarkan, juga para saksi, juga kaum yang saleh. Dan mereka itulah sahabat karib yang terbaik." (anNisa: 69)

Para pemberi petunjuk, di antara ummat Muhammad saw, yang ditunjuk oleh Allah, ditandai dengan karakter-karakter berikut. Membenarkan Muhammad, menjadi saksi (ketuhanan, kenabian, pengadilan akhirat), saleh. Karakter mereka bahkan setara dengan para nabi, meskipun mereka bukan nabi.

"...(mereka bilang): Kami tak membeda-bedakan satu-satu sebagian rasulNya. Dan kami bilang: Kami mendengar dan kami patuh. (Kiranya) ampunan Anda untuk kami, Tuan kami! Dan adalah menuju Anda perjalanan ini." (alBaqarah: 285)

"Muhammad rasul Allah. Dan mereka yang bersamanya tegas kepada para pengingkar, berkasih sayang di antara sesamanya. Anda lihat mereka gemar rukuk, gemar sujud, berharap karunia dari Allah dan kerelaanNya..." (alFath: 29)

Dan kabar baiknya masih banyak lagi tanda-tanda para pemberi petunjuk ini dinyatakan dalam alQuran. ###

Namun demikian, mengapa alQuran hanya memuat tanda-tanda para pemberi petunjuk? Mengapa tidak dinyatakan secara tersurat saja siapa para pemberi petunjuk itu? Sampai-sampai Ali bin Abu Talib as, cahaya terang di sebelah dan setelah Muhammad saw, tak dituturkan namanya dalam alQuran. Allah lebih tahu bagaimana menjawab soalan ini. Mungkin ungkapan berikut adalah sebuah isyarat.

"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka. Dan Allah adalah penyempurna cahayaNya meski para pengingkar membenci." (asSaf: 8)

Menarik dibaca:
* An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an vol. 8. Versi buku elektroniknya dapat diunduh di link berikut. https://www.al-islam.org/enlightening-commentary-light-holy-quran-vol-8

Sabtu, 04 Agustus 2018

Bahagia?


bahagia?

Berikut adalah menurut kbbi. Mungkin tak sama persis dengan yang ada pada benak masing-masing kita, namun anggap saja sebagai definisi yang dipakai dalam catatan ini.

bahagia/ba·ha·gia/ 1 n keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan): -- dunia akhirat; hidup penuh --;2 a beruntung; berbahagia: saya betul-betul merasa -- karena dapat berada kembali di tengah-tengah keluarga;

Rasanya, buat saya, mirip dengan puas.

puas/pu·as/ a1 merasa senang (lega, gembira, kenyang, dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat hatinya): ia merasa -- sebagai penyanyi; ia merasa -- melihat pekerjaan murid-muridnya; baru -- hatinya, kalau dapat mencelakakan saingannya2lebih dari cukup; jemu: -- merasakan hinaan dan nistaan; -- bertanya-tanya, tiada seorang pun yang tahu;

Kurang lebih sama dengan senang.

senang/se·nang/ a 1 puas dan lega, tanpa rasa susah dan kecewa, dan sebagainya: ia menyelesaikan pekerjaan itu dengan --; hatiku -- kini setelah semua tugas terselesaikan; 2 betah: saya selalu -- tinggal di daerah yang dingin; 3berbahagia (tidak ada sesuatu yang menyusahkan, tidak kurang suatu apa dalam hidupnya): ia cukup -- dengan kehidupannya sekarang; 4 suka; gembira: dengan -- ia menyambut kelahiran bayinya; 5sayang: orang tuanya -- kepada calon menantunya; 6 dalam keadaan baik (tentang kesehatan, kenyamanan, dan sebagainya): sudah beberapa hari ini saya merasakan tidak --; kami selalu dalam keadaan --; 7 mudah; serba mudah; praktis: --memakai kompor ini;-- di balik -- , ki marah; jengkel; -- hati, ki gembira dalam hati;

Dalam bahasa inggris, bahagia, tampaknya sejajar dengan contentment, atau complacency, atau pleasure. ###

Ada sebagian orang menyamakan bahagia dengan kata أفلح dalam bahasa alQuran. Seperti dalam Taha: 64, atau alMu'minun: 1. Dari akar kata yang sama ada تفلحون  seperti pada alBaqarah: 189, atau Ali Imran: 130. Atau menyamakan bahagia dengan فلاح, seperti dalam bait azan dan iqamat.

Setiap orang memang bebas mendefinisi apapun sesukanya. Namun demikian, mungkin perlu dipertimbangkan bahwa yang berhak atas definisi adalah si empunya pernyataan.

Allah, sebagai pembuat pernyataan, yakni dalam hal ungkapan alQuran, harusnya yang paling layak mendefinisi apa itu أفلح, atau apa تفلحون yang Dia maksud.

Kata أفلح yang muncul dalam Taha: 64, alMu'minun: 1, alA'la: 14, asySyams: 9. Dalam Surah asySyams, jika dicermati, Allah seolah mendefinisi أفلح dengan menyebutkan lawan katanya, yakni خاب yang sebagian maksudnya adalah menjadi tiada, tak berhasil, gagal.

Berhasil=bahagia? Mungkin ilustrasi ini akan sedikit membantu. Akankah seorang berbahagia saat berhasil berbuat jahat?

Namun begitu, saya tidak tahu jika dalam alam penyingkapan atau semisalnya, yang dialami sebagian orang, bahwa sukses atau keberhasilan adalah sama dengan bahagia. ###

Sebagian orang mencari konsep bahagia dalam Islam. Menyampaikan kepada alBaqarah: 38 misalnya. "...maka siapa mengikuti petunjukKu, maka tiada takut pada mereka, dan mereka tak akan bersedih." Atau alMaidah: 119, "...Allah ridha dengan mereka dan mereka ridha denganNya. Itulah kemenangan yang besar."

Mungkin benar bahwa bahagia (diri), dalam konteks ayat-ayat tsb, adalah hal yang berharga. Namun demikian, jika diperhatikan, dalam ayat-ayat alQuran, konteks "bahagia" selalu menjadi keterangan tambahan dari ketaatan kepada Allah, atau kerelaan Allah. Yakni, dalam bahasa alQuran, bahagia (diri) bukanlah tujuan akhir. Ia bukan titik, tapi koma. Seperti diungkapkan secara gamblang dalam ayat berikut. "Dan di antara manusia ada yang mau menjual dirinya demi kepuasan Allah." (alBaqarah: 207) ###

Menarik dibaca:
* An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Quran vol. 11. Versi buku elektroniknya dapat diunduh di link berikut. https://www.al-islam.org/enlightening-commentary-light-holy-quran-vol-11
* https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/أفلح/
* https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/خاب/

Kamis, 02 Agustus 2018

Islam 100%

Islam 100%

Islam adalah ajaran yang diturunkan untuk segenap manusia. Oleh Allah, sebagai bentuk kasihNya, disampaikan melalui segenap utusan mulia, dari Adam (as) hingga sang Nabi terakhir, Muhammad (saw). Sebagai satu ajaran yang utuh, dalam masa kenabian terakhir, Islam dibawa, dipahami, diamalkan, disampaikan, dijaga oleh Muhammad (saw). Pada masa ini beliaulah Islam itu sendiri. Sementara manusia lain, pada masa kenabian beliau, semuanya, adalah pelajar, peniru Islam, di hadapan beliau.

Namun demikian, salah satu kehilangan terbesar dalam sejarah manusia tampaknya harus terjadi. Muhammad (saw) berpulang pada tahun ke-10 hijrah, bertepatan dengan tahun ke-632 masehi. (Allah lebih tahu betapa besar kehilangan yang dirasakan kaum beriman dengan terputusnya wahyu, dengan wafatnya sang Nabi). Apakah kemudian Islam sebagai satu ajaran yang utuh terkubur bersama jasad mulia beliau?

Mari kita simak ilustrasi yang melatari tanya tsb. Ini adalah ilustrasi untuk memudahkan pemahaman saja, mungkin bukan yang paling tepat, tapi insyaAllah menyampaikan maksud yang ingin saya sampaikan.

Katakan bahwa Muhammad (saw) adalah manifestasi sempurna Islam, seperti diungkap sebelumnya. Generasi yang belajar langsung tentang Islam kepada Nabi (saw) disebut dengan para sahabat (Nabi). Generasi yang selanjutnya belajar tentang Islam kepada para sahabat disebut tabiin. Dst.

Para sahabat beragam dalam hal kecerdasan, kesungguhan, juga lamanya belajar dari Nabi. Dari segi lamanya berinteraksi dengan Nabi misalnya. Ada sepupu Nabi, sekaligus anak angkat, juga menantunya yang telah mengenal dekat siapa Nabi, selama masa kerasulan, bahkan lebih lama lagi. Ada Abu Bakar, pedagang yang memeluk Islam pada masa awal kenabian, sebagai orang pertama di luar keluarga Muhammad yang mengakui kenabian beliau. Ada Abu Hurairah yang berislam sejak empat tahun menjelang wafat Nabi. Dengan asumsi bahwa ada bias dalam penerimaan ajaran Islam dari Nabi kepada para sahabat ini, atau setidaknya fakta bahwa Nabi tidak selalu bersama dengan masing-masing sahabat, maka kemudian apa yang ada pada Nabi tak sama persis dengan apa yang ada pada masing-masing sahabat.

Katakan bahwa Muhammad (saw) adalah Islam 100%, Abu Bakar memahami Islam 90%, Umar memahami 70% dari Islam, dst. Setelah itu ada generasi tabiin yang berguru tentang Islam kepada para sahabat, tentunya dengan kadar pemahaman yang lebih rendah dari para sahabat utama Nabi. (Toh?) Demikian seterusnya hingga kita yang hidup ratusan tahun, seribuan tahun lebih setelah Nabi wafat. Alhasil, berapa persen keislaman kita, atau keislaman para ahli Islam di zaman kita? 10%? 5%? Silahkan perhatikan narasi yang dibangun oleh sebagian orang yang menyatakan bahwa generasi terbaik adalah para sahabat. Setelah itu adalah tabiin. Setelahnya adalah tabiit tabiin. Dst. Betapa malang nasib anda, saudara! Anda lahir teramat jauh dari zaman Nabi. Anda lahir teramat jauh dari zaman dan predikat "terbaik". Takdir, terima saja!(?)

Jika dirunut kembali ke belakang pada saat Nabi saw berpulang, dengan teori keberagamaan seperti disebutkan, maka sebenarnya Islam sudah tiada. Mengapa? Bukankah yang ada adalah 90% Islam, 70% Islam, dst, bukan Islam sebagai satu bangunan utuh? Adakah yang akan bilang bahwa Islam tetap ada 100% dengan menggabungkan keislaman masing-masing sahabat? Saya berani jamin tak ada yang dapat menunjukkan Islam 100% seperti apa, dengan teori semacam itu.

Atau apakah Islam itu maksudnya semangat, spirit semata, tanpa rincian amaliah yang tertentu? Dalam Islam ada ajaran salat misalnya. Jika niatnya benar maka salatnya benar? Apakah salat yang beragam, masing-masing mazhab punya cara salatnya sendiri, itu benar semua (bergantung niatnya)? ###

Mari sejenak kembali kepada salah satu sumber ajaran Islam paling terpercaya. Yang diakui posisinya sebagai rujukan utama semua muslim. AlQuran. (Atau ada yang meragukan posisi dan keaslian alQuran? Bisa, bisa banget didiskusikan. Sambil ngopi?) Jadi apa yang alQuran katakan tentang polemik ini?

"Wahai sekalian kaum beriman masuklah dalam Islam, semua!..." Atau "Katakan: Jika kalian mencintai Allah maka tirulah saya (Muhammad)!..."

Apakah dengan ungkapan ini Allah bercanda? Mustahil menjadi seperti Nabi, yakni Islam 100%, tapi Allah mengajak semua mukmin menjadi seperti Nabi? Apakah Dia pernah bergurau dengan ungkapan semisal "Wahai sekalian manusia jadilah kecebong atau kampret (secara harfiah)!"? Perlukah Allah membanyol hanya untuk menyenangkan anda?

"Ia (alQuran) sungguh satu pernyataan tegas. Dan ia bukanlah candaan."

Semakin jauh menyelami alQuran dengan dada dan pikiran terbuka akan anda dapati bahwa menjadi seperti Nabi, bukanlah pepesan kosong. Itu bukan candaan sama sekali. Itu kalau belajar dari ahlinya. Siapa? Ya, Nabi lah. Atau yang serupa dengan beliau. Emang ada? ###

Alkisah. Kaum Nasrani dari Najran meyakini bahwa Isa bin Maryam adalah tuhan. Argumennya adalah bahwa ia tak punya ayah biologis. Pada Surah Ali Imran: 59 alQuran menjawab argumen tsb. "Perumpamaan Isa di sisi Allah sungguh seperti Adam. Dia menciptanya dari debu. Lalu Dia bilang kepadanya 'Jadi!' Maka terjadi."

Menjawab lebih lanjut keyakinan kaum Nasrani tsb Allah mempersilahkan Nabi, disertai orang-orang terdekatnya, mengajak kaum Nasrani bermubahalah. Yakni beradu doa di area umum, agar pihak yang klaimnya salah beroleh bencana dan kehancuran seketika. Tertarik dengan kelanjutannya? Silahkan cari buku tentang "mubahalah".

Kembali ke topik kita. Adapun yang menarik tentang kisah ini adalah bagaimana Allah dan alQuran mengungkapkan secara harfiah orang-orang yang terlibat di dalamnya. Khususnya dari pihak Muhammad (saw).

"...maka katakan! Mari kita ajak anak-anak kami dan anak-anak kalian, juga perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuan kalian, juga diri-diri kami dan diri-diri kalian, lalu kita bermubahalah..."

Salah satu yang paling menarik adalah bagaimana Allah menyebutkan sebagian peserta mubahalah dengan ungkapan "diri-diri kami". Yakni orang selain Nabi yang Allah samakan dengan diri Nabi. ###

Seolah ayat-ayat tentang mubahalah tsb ingin mengungkapkan siapa ulul amr (secara harfiah: para pemilik otoritas) dalam Surah anNisa: 59. "Wahai kaum beriman sekalian taatilah Allah, taati pula sang Rasul dan ulul amr dari kalian..."

Betapa dalam ayat tsb ketaatan kepada ulul amr disandingkan dengan ketaatan kepada Allah dan rasulNya. Silahkan cermati bahwa secara tekstual ketaatan kepada ulul amr dalam hal ini tanpa syarat sebagaimana ketaatan kepada Allah, pun rasulNya. Mengapa demikian? Karena ulul amr dalam ungkapan Allah disetarakan dengan sang Rasul, seperti diungkapkan dengan frasa "diri-diri kami" pada rangkaian ayat mubahalah. ###

"Dan mereka yang ingkar akan bilang 'anda bukan seorang rasul'. Katakan! 'Cukuplah Allah sebagai saksi antara saya dan kalian, juga dia yang padanya pengetahuan sang kitab.'" (AlQuran Surah arRa'd: 43)

Sang kitab dalam hal ini adalah ungkapan lain untuk kitab yang terang, lembaran yang terjaga. Lauhul mahfuz.

Bagian akhir ayat ini seolah turut menjelaskan siapa ulul amr. Bukankah wajar bahwa seorang pemegang otoritas atas segenap manusia adalah setara dengan Nabi, juga seorang yang tahu tentang ilmu dalam lauhul mahfuz? Dan berita baiknya masih banyak lagi ayat lain yang turut menjelaskan siapa ulul amr. ###

Silahkan bertanya kepada para pakar sejarah Islam tentang siapa sosok yang dimaksud dengan ulul amr, atau "diri-diri kami", atau dia yang padanya ilmu sang kitab! Itu adalah orang yang sama. Itulah Islam 100% sebagaimana Nabi (saw). Para pakar itu tak akan punya sandaran kuat untuk menolak bahwa itu adalah tentang bin Abu Talib, Ali. ###

Menarik dibaca:
* AlQuran, Surah Ali Imran: 19, tentang Islam sebagai agama yang benar
* ibid, Surah Ali Imran: 59-61
* ibid, Surah Yunus: 61, tentang kitab yang terang
* ibid, Surah alBuruj: 22, tentang lembaran yang terjaga
* ibid, Surah alMaidah: 3, tentang Islam sebagai agama yang disenangiNya
* ibid, tentang lengkap dan tuntasnya agama (dengan kenabian Muhammad)
* ibid, Surah Ali Imran: 31, tentang meniru Muhammad (saw)
* ibid, Surah alBaqarah: 108
* ibid, Surah atTariq: 13-14
* ibid, Surah anNisa: 59
* ibid, Surah arRa'd: 43
* https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Hurairah
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakr
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ali
* https://id.m.wikipedia.org/wiki/Najran
* https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
* Imamate and Infallibility of Imams in the Quran, oleh Ridha Kardan. versi buku elektroniknya dapat diunduh di link ini. https://www.al-islam.org/imamate-and-infallibility-imams-quran-ridha-kardan

Senin, 16 Juli 2018

Pengumpul keping puzzle

pengumpul keping puzzle

Puzzle. Lebih lengkap maksud saya jigsaw puzzle. Adalah permainan merangkai kepingan-kepingan gambar untuk membentuk satu gambar besar yang utuh. Permainan ini melatih anak menumbuhkan sebagian kemampuan motorik, yakni kemampuan dalam mengkoordinasi alat-alat gerak, khususnya penglihatan dan tangan, dengan baik. Selain itu ia membantu anak mengembangkan proses kreatif. Untuk menyelesaikan permainan jigsaw puzzle anak dituntut mengimajinasikan sebuah gambar utuh atau setidaknya rangkaian beberapa gambar yang telah dan belum terpasang benar. Juga, jigsaw puzzle membantu pelatihan ingatan jangka pendek dan konsentrasi.

Satu hal yang bagi saya menarik dari puzzle ini adalah keunikan pada tiap-tiap kepingnya. Masing-masing keping puzzle punya tempat yang khas dalam papan permainan, tak bisa digantikan oleh keping lain yang manapun. Selain tempatnya harus pas, arah kepingan harus pula tepat. Dengan tempat yang benar sebuah keping puzzle ada kalanya harus diputar ke kanan, atau ke kiri, agar cocok dengan peruntukannya. Ada kalanya bahkan keping puzzle harus dibalik, pun diputar, agar arahnya tepat. ###

Mencermati segenap segmen perjalanan hidup bagi sebagian orang adalah seperti mengamati papan puzzle. Setiap bagian yang didapati dari kehidupan ibarat satu keping puzzle. Yang terserah si empunya menempatkannya di mana dalam arah bagaimana. Jangankan orang lain, bahkan Allah sendiri melarang diriNya mengganggu manusia dalam hal ini. Dari mana saya tahu? Dari keinginan Allah memberikan "berkehendak" kepada manusia.

Alhasil masing-masing orang lalu mengkhayalkan, secara detail ataupun tidak, gambar besar yang ingin diwujudkan dalam sepanjang hidup. Kebanyakan dari yang saya dapati, dari berinteraksi dengan orang-orang yang saya temui secara langsung atau tidak, gambar yang diinginkan oleh orang adalah "bahagia". Berbeda-beda bahagia. Dalam perinciannya, penjabarannya, bahagia ini kemudian dinyatakan dalam banyak variasi. Ada yang memaknai bahagia dengan keberlimpahan materi, ada yang berupa keyakinan kokoh, ada yang berupa kemanfaatan, ada yang berupa kenikmatan tak berujung, dst. ###

Mencermati dengan sungguh-sungguh segmen-segmen dalam hidup akan anda dapati bahwa sebagian darinya adalah seperti keping puzzle yang tak dapat diotak-atik. Ia punya tempat dan arah yang khas. Yang paling mudah didapati dari segmen hidup seperti ini adalah dari penalaran yang lurus. Saat seorang menalar dengan lurus dan apa adanya pasti akan ia dapati bahwa hasilnya adalah sebuah pengetahuan yang benar. Setiap pengetahuan yang benar tak mungkin dapat beralih menjadi pengetahuan yang tak benar. Bahkan ada kalanya sebuah pengetahuan benar kemudian mengantarkan kepada kerangka pengetahuan benar yang lebih luas. Ini seperti keping puzzle yang tak mungkin dibolak-balik atau diputar-putar lagi. Arahnya terpaku. Tempatnya dalam kerangka hidup khas pula. Seperti satu atau serangkai fakta yang tak mungkin dipungkiri atau ditiadakan.

Keping-keping yang terpaku ini menyenangkan bagi sebagian orang, namun bagi kebanyakan orang sepertinya mengganggu. Mengapa?

Dengan keping-keping terpaku sebagian orang tak dapat mewujudkan gambar utuh seperti dimau. Bukan hanya tak cocok dengan gambar besar materialisme. Mereka ini bahkan tak menyatu dengan ide bahagia abadi sebagian orang.

Penalaran yang lurus tak bisa begitu saja dipasangkan dengan keping-keping ini. Saya suka makanan enak. Bukan karena bermanfaat bagi kesehatan jasmani atau ruhani, tapi karena menyenangkan. Saya suka berpengetahuan luas. Bukan karena berharap manfaat ruhaniah darinya, tapi karena itu sepertinya menyenangkan. Saya suka hidup abadi di surga. Bukan karena itu yang diinginkan Tuhan, tapi karena itu terdengar menyenangkan.

Pendek kata penalaran lurus tak akan cocok dengan keping apapun yang berarah keakuan, berorientasi kesenangan semata.

Bagi para pencari kesejatian? Keping-keping berupa hasil penalaran, perenungan, yang lurus adalah sebagian dari hadiah terindah yang mungkin dikaruniakan kepada makhluk. Betapa tidak. Dengan menyelaraskan semua keping yang lain dengan itu, akan terbuka baginya rahasia semesta, rahasia sang Ada. Hanya dengan begitu ia akan dapat menikmati indahnya semesta sebagai satu keutuhan. Hanya itu jalan mengenal sang Indah, sang Utuh.

Penalaran yang lurus adalah gambaran, duplikat, dari  realitas. Realitas dengan sistem dan segenap wujudnya adalah satu bangunan dalam penciptaan yang saling melengkapi dalam menggambarkan Dia. Itulah mengapa penalaran yang lurus adalah bagian dari gambaranNya yang alamiah apa adanya. ###

Ada kalanya segmen-segmen dalam hidup harus dilihat, dimaknai dari arah berbeda, atau bahkan dari arah sebaliknya, agar mereka dapat menyatu dengan penalaran lurus. Gambar besar apa yang mungkin tampak?

Ternyata bukan gambar menyenangkan tentang bahagia (semata). Tapi bahagia bersyarat. Bahagia dengan ketaatan kepadaNya. "...maka siapa mengikuti petunjukKu, maka tak ada (satu) takut pada mereka, dan mereka tak akan bersedih."

Bisa pula keseluruhan hidup yang utuh menyatu dan terberkati tergambar sebagai ketaatan kepadaNya saja. Dengan gambar ketaatan yang utuh pasti akan menyampaikan kepada bahagia. Seperti janji yang diungkap ayat tersebut.

Masihkah tersisa tempat untuk berharap bidadari dan surga? ###

Menarik dibaca:
* AlQuran, Surah alBaqarah: 38
* AlQuran, Surah alBaqarah: 266, tentang angan bahagia yang tak terwujud
* AlQuran, Surah anNisa: 89, tentang berkehendak
* AlQuran, Surah arRum: 30, tentang agama lurus sebagai selaras dengan kemanusiaan
* Tauhid: Menuju Cinta, oleh penulis. Dapat diakses melalui browser di link berikut ini.
https://drive.google.com/file/d/13gziIvwdQj1UpQ-tdjsZEa3JndUrbbYj/view?usp=drivesdk
* Cordial Disciplines, dalam buku "Adab as-Salat: the Disciplines of the Prayer", oleh Ayatullah Ruhullah Khomeini
* http://www.schoolpouringrights.com/unik/puzzle-permainan-sederhana-namun-memiliki-banyak-manfaat/

Selasa, 10 Juli 2018

Awal agama

Awal agama 

Awal agama adalah mengenalNya, sempurnanya pengenalan akan Dia adalah bersaksi akan Dia, sempurnanya persaksian akan Dia adalah percaya akan ketunggalanNya, sempurnanya kepercayaan akan ketunggalanNya adalah mengakui kesucianNya, dan sempurnanya kesucian Dia adalah penyangkalan sifat-sifatNya...(Ali bin Abu Talib, dalam Nahjul Balaghah)

Ada yang bilang bahwa agama adalah sistem terdiri dari ajaran, tata nilai, ritual, dst yang menghubungkan manusia dengan hal adikodrati, luhur, ilahiah. Dalam kata-kata Ali bin Abu Talib sendiri agama dinyatakan sebagai pernyataan Allah tentang apa yang baik, apa yang buruk, apa yang diperintahkanNya, apa pula yang dilarangNya. Dalam dua definisi yang beririsan ini agama kemudian bersifat subjektif. Bagi sebagian orang satu hal bisa dipandang sebagai bagian dari agama, sementara bagi sebagian yang lain bukan. Contohnya ihwal memakai baju, bagi sebagian orang itu bukan bagian dari agama karena mereka tak melihat di sana adanya kaitan antara manusia dengan hal transenden, ilahiah, Tuhan, dst. Sementara bagi yang lain ihwal yang sama adalah bagian dari agama.

Mungkin pertanyaan yang lebih umum begini. Apakah agama mencakup semua hal, atau tidak? Jika tidak, hal apa yang tidak dicakup oleh agama? Masing-masing kita mungkin punya jawaban untuk soalan-soalan ini, lengkap dengan argumen-argumennya. Namun demikian saya mengajak anda mencermati salah satu versi jawaban berikut.

Bagi mereka yang menilai bahwa segenap wujud, termasuk segenap hal di lingkup kemanusiaan, tak bisa dilepaskan dari tuhan, hal ilahiah, hal transenden, hal mulia, dst, jelaslah bahwa semua hal tercakup oleh agama. Perbuatannya, pengetahuannya, niatnya, dirinya, hidupnya, bahkan matinya, adalah bagian dari agama.

Bagaimana versi lainnya? Kedua, ada mereka yang memandang semesta sebagai perpaduan antara hal-hal yang terkait dengan tuhan, hal mulia, dst, juga hal-hal lain yang terlepas dari kaitan itu. Bagi mereka ada wilayah agama, ada wilayah non-agama.

Adakah versi ketiga, yakni ateisme, tak beragama? Nampaknya ndak ada. Sebagian orang menafikan tuhan personal, sosok serba maha, yang disembah oleh kaum beragama formal. Namun demikian mereka tak mungkin menafikan adanya kesempurnaan, keutamaan, kemuliaan, dst. Yang itu dengan sendirinya menunjukkan bahwa mereka mengaitkan hal-hal dengan  kesempurnaan, kemuliaan, dst. Bahwa mereka beragama juga. Hanya tak dalam bentuk formal.

Sedikit tambahan, ateisme sebenarnya bahkan bukan menafikan adanya sosok sembahan, tuhan. Bagi kaum ateis hasrat merekalah sosok tuhan yang disembah itu.

Alhasil, baik versi pertama maupun kedua, agama diakui keberadaannya. Termasuk pula, dengan demikian, hal transenden, hal mulia, hal ilahiah, diakui wujud. Dalam kata-kata Ali bin Abu Talib hal transenden, hal mulia, hal ilahiah itu dinyatakan sebagai bagian dari pengenalan akan Allah. Tidak sempurna. Pengenalan manusia akan hakikat ketuhanan ada kalanya jauh dari lengkap, namun bagaimanapun itulah yang kemudian menjadi titik tolak keberagamaannya. Menjadi landasan laku keluhuran. ###

Pengenalan sekilas akan keluhuran dapat mengantarkan seorang kepada perbuatan yang tampaknya luhur. Pengenalan yang lebih mendalam tentang keluhuran lebih mendekatkan seorang kepada sang Luhur, akan menyampaikannya kepada perbuatan yang luhur, sesuai kadar pengenalannya tsb. Pengenalan yang sempurna akan keluhuran kemudian menyampaikan seorang kepada perbuatan sang Luhur dengan dia sebagai perantaranya. Demikianlah, dangkal-dalamnya pengenalan seorang akan Allah menjadi pondasi bagi lakunya, agamanya. ###

Pengenalan akan Allah seperti apa dikatakan cukup? Dalam ungkap Ali bin Abu Talib pengenalan akan Dia dikatakan cukup, atau sempurna, saat pengenalan itu mengantarkan kepada kesaksian bahwa Allah adalah sang Tuan, yang menaungi segenap wujud, sekaligus Dialah sang Tuhan, satu-satunya yang dicinta dan dipuja. ###

Menarik dibaca:
* Khutbah 1, dalam buku "Nahjul Balaghah", oleh Ali bin Abu Talib
* Khutbah 85, ibid, tentang penjelasan term "agama"
* AlQuran Surah AlJatsiyah: 23, tentang menyembah hasrat
* AlQuran Surah AlBaqarah: 165, tentang sangat mencinta Allah
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Religion

Selasa, 12 Juni 2018

Kitab suci, mestinya untuk anda

Kitab suci, mestinya untuk anda

Sampai di titik ini anda tahu bahwa adalah hak anda untuk mentaati sang Tuan, adalah hak anda untuk meniruNya. Sementara anda tahu pula bahwa Dia tak mungkin abai dengan hak anda. Sementara Dia juga tahu bahwa bersandar pada penalaran akan menyampaikan kepada beberapa hal, bukan semua hal yang perlu. Pendek kata, karena kepedulianNya kepada umat manusia sang Tuan lalu mengirimkan tanda-tanda besarNya, yakni para jiwa suci, sebagai para pemandu menuju kebaikan, keadilan, dan cinta. Sebagian orang menyebutnya nabi, yang membawa ajaran ilahiah berupa kitab suci.

Oke, sekarang umpamakan ada sebuah pesan disampaikan kepada anda:
___________________
Salam. Saya suka anda. Jadilah teman saya.

Ttd. Rahasia
___________________

Anda mungkin tak seharusnya menganggap terlalu serius pesan semacam ini. Mengapa? Kemungkinan pertama, maksud yang ingin disampaikan adalah bercanda. Keseriusan niat baik biasanya ditandai dengan keterbukaan dan keterus terangan. Kemungkinan kedua, maksud yang ingin disampaikan sungguh-sungguh tapi pengirimnya tak ingin dikenali. Untuk apa keinginan mengenali ditujukan kepada sosok yang tak ingin dikenali? Mestinya anda membiarkan saja pesan itu apa adanya, titik.

Sekarang bayangkan ada teks yang dianggap kitab suci tapi tak tertulis di sana secara terbuka bahwa ia berasal dari sang Tuan, atau sang Tuhan, atau Allah, atau sang Pencipta, dst. Kesimpulannya, anda tak perlu menganggap bahwa ia benar berasal dari sang Tuan, yang berisi ajaran kebaikan, keadilan, dan cinta. Mungkin itu hanyalah hasil penalaran, semisal novel dan roman.
###

Sekarang umpamakan ada pesan lain untuk anda:
____________________
Serahkan semua harta anda sekarang! Atau nyawa anda sebagai gantinya.

Ttd. Sang dermawan
_____________________
Hanya ada satu kemungkinan untuk pesan seperti ini, bohong.

Ketika ada teks yang dianggap sebagai kitab suci, tapi di dalamnya tak menggambarkan sang Tuan sebagai mestinya. Pasti itu hanya kitab candaan.

Perjalanan menuju sang Tuan masih panjang, sementara yang harus anda punya hanyalah ketulusan, optimisme, dan kewarasan.

Anda harus menempuh penelaahan yang cukup mendalam untuk menemukan jejak-jejak sang Tuan. Saran saya, cermatilah teks-teks yang kata orang adalah kitab-kitab suci itu! Yakinkan diri anda sendiri tentang keasliannya! Mulailah dari yang ada dalam jangkauan anda! Di sini misalnya,
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Religious_text

Sementara itu, saya tak dapat menjadi teman karib anda dalam hal ini.

Sampai berjumpa di terminal yang sama. Bukankah orang-orang yang menuju arah yang sama harus berkumpul di terminal yang sama?

Teman anda, Saban Subiadi.

Senin, 11 Juni 2018

8. Baik adalah...

8. Baik adalah...

Bertolak dari pendapat, "Apalah artinya perbuatan yang tak membawa kebaikan. Apa pula nilai percakapan tanpa kebaikan." Sampailah kita pada bahasan tentang apa itu kebaikan.

Perlu sepertinya saya sampaikan bahwa mencari kebaikan ada kalanya menyampaikan kepada apa yang tak anda harapkan.

Sebelumnya telah jelas bahwa sang Tuan adalah tunggal dan sederhana. Perwujudan ketunggalan dan kesederhanaan itu kemudian adalah bahwa segenap wujud selaras satu sama lain. Karenanya kemudian segenap wujud menjadi ada karena mengikuti satu pola yang sama. Pola ini kemudian dalam batas-batas tertentu dapat dikenali dengan penalaran. Sebagian kita kemudian menyebutnya kebaikan. Memberi, misalnya, atau menjaga kehidupan, adalah baik karena sejalan dengan konsep mencipta. Merampas, misalnya, atau mematikan, adalah tak baik karena tak sejalan dengan konsep mencipta.

Ada kalanya kebaikan disamakan dengan keadilan. Yakni menempatkan segala sesuatu pada posisi yang sesuai. Contohnya, dimensi yang sesuai untuk makhluk adalah alam ciptaan yang faktual, bukan alam potensi. Karenanya kemudian sang Tuan mencipta. Contoh lainnya, makhluk yang baik dibalas dengan kebaikan berupa kenikmatan, makhluk yang jahat dibalas dengan keburukan berupa siksa. Karenanya kemudian ada surga yang abadi, ada neraka yang abadi.

Masalahnya lalu siapa yang menentukan "posisi yang sesuai" sebagai syarat keadilan? Apakah penalaran?

Apakah mencipta kejahatan, atau keburukan, misalnya, adalah sejalan dengan prinsip keadilan? Apa benar bahwa semua yang ada hanya kebaikan? Kenapa bisa muncul konsep keburukan dalam akal jika faktanya tak ada? Dst. Sebagian penalar mungkin akan sampai kepada pertanyaan-pertanyaan demikian. Hal ini dapat dimaklumi karena bahan-bahan penalaran ada kalanya berupa fungsi, ihwal material, yang bukan wujud hakiki.

"Posisi yang sesuai" sebagai syarat keadilan mestinya dikembalikan kepada sang Tuan, karena Dia yang membuat pernyataan, karena Dia yang mencipta. Dengan penalaran yang benar kemudian akalpun akan sampai kepada "posisi yang sesuai" sebagaimana diinginkan oleh sang Tuan. Hal ini jelas karena semua wujud hakikatnya mengikuti satu pola saja. Dalam kerangka penalaran keadilan ini nampak jelas bahwa manusia, seorang hamba, hanya akan sampai kepada pahaman keadilan dan kebaikan jika dan hanya jika tunduk pada definisi yang disampaikan oleh sang Tuan. Sebuah gambaran yang cukup jelas tentang ketaatan seorang hamba kepada sang Tuan.

Ini sebuah alternatif.
###

Ada kalanya mencari kebaikan, dengan kemurahan sang Tuan, menyampaikan kepada sesuatu yang jauh melampaui harapan.

Bayangkan ada seorang yang selalu memperhatikan anda, menjaga anda dari bahaya, tahu kebutuhan-kebutuhan anda pun menyediakan sarana-sarananya. Hal ini tak akan aneh saat anda telah berbuat kebaikan kepadanya. Atau setidaknya anda menyadari kedermawanannya, bersimpati, kemudian membalas dengan yang serupa. Lalu dia kembali lagi bersikap baik kepada anda. Anehnya dia tak peduli anda berterima kasih atau tidak. Dia tak peduli anda memperhatikannya atau mengabaikannya. Bahkan saat anda mencaci maki, menyakiti, dan mengusirnya, tetap dia tak mengubah sikapnya. Ketika anda bahkan menganggapnya tak ada, dia tetap bersikap sama. Mungkin sebagian orang menyebut dia dungu dan buta...

Tapi sebagian yang lain menyebutnya jatuh cinta.

Begitulah gambaran tentang sikap sang Tuan kepada anda. Anda begitu penting bagiNya. Dia mencinta anda setulusnya.
###

Ada kalanya anda merasakan rela, lega, saat membantu makhluk lain yang dalam kesulitan. Saat itu tak terpikirkan dalam benak anda berharap balasan. Ada kalanya bahkan anda lupa meminta sekedar kata terima kasih. Demikianlah Dia mengajarkan kedekatan dan cinta, yang menyenangkan.

Ada kalanya anda merasakan hidup begitu menghimpit dan berat. Yang anda harapkan tak kunjung datang. Yang jadi tempat bergantung tak juga mengerti dan peduli. Anda saat itu hanya tak menyadari bahwa Dia ingin dikenali, ingin pula Dia dicintai. Demikianlah Dia mengajarkan rindu dan keterpisahan, yang menyiksa.

Dalam kerangka ini cukup jelas bahwa manusia, sang hamba, hanya akan mencapai kebaikan dengan meniruNya.

Ini sebuah alternatif yang lain. Dan puji hanya untuk Allah, sang Tuhan, yang disembah dan ditiru oleh segenap wujud dan alam.

7. Yang ada hanya immateri

7. Yang ada hanya immateri

Sedikit lebih jauh tentang wujud. Setiap wujud adalah tunggal dan sederhana. Tidak seperti fungsi, yakni hal material, yakni sesuatu yang dianggap ada karena pengenalan semu. Contoh fungsi adalah tangan. Adakah tangan? Tidak. Yang ada adalah jaringan-jaringannya, yakni kulit, tulang, otot dst. Kita ambil salah satunya, kulit misalnya. Adakah kulit? Tidak ada juga. Yang ada adalah sel-sel kulit. Adakah sel kulit? Tidak ada juga. Yang ada adalah bagian-bagian sel kulit.... Demikian seterusnya tanpa ujung. Semakin anda perhatikan lebih rinci ternyata kesemua fungsi itu, kesemua hal material itu hakikatnya tak ada. Lalu apakah tidak ada yang ada dari alam material? Alhasil harus ada sesuatu, atau banyak sesuatu, yang ada secara hakiki yang menghasilkan fungsi-fungsi itu, yang membuahkan hal-hal material itu. Itulah sepertinya gambaran paling jauh yang dapat diperoleh tentang alam material.

Bandingkan dengan pengetahuan anda sendiri. Tentang tangan yang sama misalnya. Dari melihat fenomena tangan kemudian anda menduga bahwa tangan ada. Dugaan anda itu, cukup mengejutkan, ternyata ada, benar-benar ada dalam benak anda. Dan kalau diperhatikan dengan seksama ia tunggal dan sederhana. Ia adalah ia saja, tanpa bagian ini itu. Hanya saja kadang ia dinyatakan, disampaikan tanda-tandanya dengan kata-kata, menjadikannya seolah terdiri dari konsep-konsep ini itu, bunyi-bunyi ini itu, dst.

Silahkan bandingkan pula fungsi dengan rasa anda. Saat anda merasakan lapar misalnya. Saat itu anda yakin, tahu 100% bahwa rasa itu ada, juga ia tunggal dan sederhana. Sama juga, ada kalanya ia dinyatakan dengan kata-kata, sehingga seolah tersusun.

Silahkan pula resapi keakuan, kedirian anda. Samakah kewujudannya dengan fatamorgana berupa hal-hal material yang disebut fungsi?
###

Bagaimana dengan sang Pencipta, apakah Dia ini semacam fungsi atau semacam wujud? Mungkin pertanyaannya harusnya begini. Adakah yang lebih hakiki wujudnya dari sang Pencipta? (Sementara semua wujud dan fungsi bergantung hanya kepadaNya.)
###

Bayangkan satu ketika hanya sang Pencipta yang ada, sendirian. Adakah sesuatu yang dapat ditambahkan kepadaNya oleh selain diriNya? Jelas tak ada, kan Dia sendirian.

Sekarang bayangkan Dia mencipta makhluk-makhluk, yakni ada wujud selainNya. Adakah sesuatu yang dapat ditambahkan kepadaNya oleh selain diriNya? Masih sama juga, tak ada. Bukankah jelas bahwa makhluk adalah akibat yang bahan gerak dan alat geraknya adalah Dia sendirian?

Sebagaimana jelas bahwa segenap wujud selain Dia hanyalah perbuatanNya, hanya akibatNya, jelas pula kemudian bahwa tak ada satupun yang dapat menambahkan apapun kepada diriNya. Demikianlah kaya itu. Begitulah mandiri itu. Demikianlah Dia menguasai semua wujud. Jadilah Dia sang Tuan.
###

Oke, katakan bahwa sang Pencipta itu tunggal dan sederhana. Tapi bagaimana kemudian Dia memunculkan keragaman pada makhluk-makhluk? Tidakkah cukup aneh bahwa kesederhanaan yang tunggal lalu membuahkan keragaman? Jangan-jangan sang Pencipta ini memang tidak tunggal dan sederhana...

Karena Dia tunggal dan sederhana maka perbuatanNya, yakni makhluk yang diciptaNya (secara langsung) hanya satu saja. Karena yang Dia tahu hanya diriNya saja maka wajarlah jika makhluk ini kemudian adalah keserupaanNya. Namun bagaimanapun ternyata Dia tak mampu menjadikan makhluk ini benar-benar sama denganNya. Dalam hal kaya, yakni tak membutuhkan, dalam hal mandiri, dalam hal menguasai segenap wujud. Kemustahilan, yakni kontradiksi wujudi, itulah yang menjadikannya demikian.

Dari sudut pandang sang Pencipta yang ada hanya kesederhanaan dan ketunggalan. Namun dari sudut makhluk yang ada kemudian adalah keragaman, ada sang Pencipta ada makhluk, ada kaya ada miskin, ada mandiri ada bergantung, ada yang berkuasa ada yang dikuasai.

Keserupaan makhluk pertama, katakan begitu, dengan sang Pencipta kemudian adalah pada sifat-sifat selain hakikat ke-Tuan-an. Di antara keserupaan itu adalah berbuat, yakni mencipta. Makhluk pertama kemudian mencipta makhluk kedua. Anda lihat bahwa keragaman itu lalu semakin bertambah. Ada sang Pencipta, ada makhluk pertama, ada makhluk kedua. Dan bertambah, dan bertambah.

Kamis, 07 Juni 2018

6. Ada, saling berkait

6. Ada, saling berkait

Dalam hal pencipta dengan ciptaannya maka jelas bahwa keduanya berkaitan. Kaitan ini tidak seperti hubungan antara subjek dengan objek, tapi lebih erat dari itu yakni seperti hubungan subjek dengan predikatnya, seperti hubungan subjek dengan perbuatannya. Hanya dalam konsep tampaknya dapat dipisahkan perbuatan dari subjeknya. Dapatkah dalam fakta perbuatan dilepaskan dari subjeknya?

Bagaimana kemudian kaitan antara ciptaan yang satu dengan ciptaan lainnya, dengan pencipta yang sama? Pertama, ciptaan-ciptaan itu dapat saling mempengaruhi. Ciptaan yang satu dapat menjadi alat gerak bagi ciptaan lainnya. Contoh penggambarannya seperti angin yang menggerakkan daun-daun, atau seperti panas yang mengubah sifat-sifat benda yang dikenainya. Pencipta dalam hal ini menjadikan ciptaan-ciptaannya sebagai gambaran alat gerak. Hakikatnya yang menjadi alat gerak tentu pencipta itu juga. Bukan begitu? Kedua, jika diperhatikan lebih dalam, bahkan wujudnya ciptaan yang satu kemudian memaksa ciptaan yang lain tidak menempati dimensi (gambarannya dalam alam materi adalah ruang-waktu) yang sama. Ibarat dua perbuatan yang berbeda oleh subjek yang sama, ia meniscayakan perbedaan dimensi itu. Bukankah mustahil satu subjek melakukan dua perbuatan dalam dimensi yang sama? Contoh penggambarannya seorang berjalan dan melihat di waktu yang sama. Meskipun waktunya sama, unsur keruangan berjalan berbeda dari melihat.  Itu artinya berjalan dan melihat saling membatasi, yakni saling mempengaruhi juga, kan?

Bagaimana kemudian kaitan antara ciptaan yang satu dengan ciptaan yang lain, oleh pencipta yang berbeda? Bagaimana, misalnya, kaitan antara pengetahuan seorang dengan pengetahuan orang lain? Sulit menilai? Ternyata tidak. Kedua pengetahuan tersebut jelas menempati dimensi yang berbeda. Artinya keduanya hakikatnya saling membatasi juga. Artinya dua pengetahuan oleh dua subjek berbeda hakikatnya saling berkait juga secara dimensional.

Dengan demikian semua wujud kemudian adalah saling berkaitan. Hakikatnya tak ada yang namanya banyak alam itu. Yang ada hanya satu alam saja, satu semesta wujud saja, mungkin dengan banyak semesta bagian.

Artinya? Segenap wujud hanyalah gambaran, hanyalah perbuatan oleh satu subjek saja, sebut saja sang Pencipta.
###

Sampai di titik ini anda mungkin akan bertanya lagi. Katakan bahwa semua yang ada itu berasal dari satu wujud saja, tapi satu wujud itu ada dari mana? Apakah ia berasal dari ada atau dari tiada? Tidakkah cukup jelas bahwa tiada itu artinya juga ketiadaan pengaruh, tiadanya akibat? Faktanya?

Jelaslah kemudian bahwa sang Pencipta tak berawal. Apakah Dia juga lalu tak berakhir kepada ketiadaan? Katakan bahwa adanya Dia sekarang adalah sebab bagi adanya Dia kemudian. Ketika sesuatu ada maka pengaruhnya, akibatnya, juga ada. Ketika Dia sekarang ada maka kemudian, yakni salah satu akibat dari wujudnya yang sekarang, Dia pun ada. Demikian seterusnya, tanpa akhir. Maka jelas bahwa Diapun tak berakhir kepada tiada. Agak aman (ada kemungkinan kita tak berakhir pada ketiadaan)...

Rabu, 06 Juni 2018

Pendidikan, mestinya

Pendidikan, mestinya...

Seorang bocah bilang kepada teman sebayanya. Tentang menjadi dewasa. "Enak kali ya jadi dewasa.... Tubuh kita kuat. Tampan, atau kalo perempuan jadi cantik. Bisa suka-suka... gak disuruh-suruh sama ortu gini gitu... Blablabla..." Dewasa dalam sudut pandang bocah. Dewasa khayali bisa dibilang. Kira-kira bermanfaat gak omongan kayak gini, dari sudut pandang menjadikan dewasa? Untuk temannya, atau untuk si bocah sendiri?

Atau dalam kasus yang pernah saya temui seorang yang biasa merokok bilang kepada anaknya. "Nak jangan ngerokok ya! Gak sehat." Ada manfaatnya gak ya kata-kata gini? Buat si anak, buat si perokok?

Pendidikan dikatakan penyampaian nilai-nilai dari guru kepada murid. Tapi nilai-nilai apa? Kesehatan jasmani dan panjang umur? Intelektualitas? Kreativitas? Bertahan hidup? Kesehatan emosi? Atau apa?

Dalam tataran terminologi penyampaian nilai apapun kemudian dapat dikatakan sebagai pendidikan. Lalu di sebelah mana positifnya term "pendidikan" dong?

Dalam satu konsep kosmologi dikatakan bahwa sarana hidup yang paling penting bagi manusia adalah hati. Jika segenap sarana hidup manusia diibaratkan sebuah kerajaan, hati inilah yang mestinya berkuasa. Jika hati condong kepada sang Tuan, segenap kerajaan diripun akan menjadi seperti para malaikat yang selalu mentaatiNya. Jika hati condong kepada selain sang Tuan, segenap kerajaan diri akan seperti tempat yang penuh kekacauan dan pemberontakan kepadaNya.

Mungkin ada yang bertanya. Di mana tempatnya akal, penalar, dalam konsep kosmologi ini? Bukankah ia sarana hidup manusia yang paling dewasa, yang paling cerdas? Benar bahwa akal adalah sarana paling cerdas pada manusia, pada awalnya. Namun demikian akal bukanlah sarana dengan kapasitas berkehendak, pun mencinta. Sementara hal yang paling utama pada manusia adalah kehendaknya, dan cintanya. Hal yang signifikan pada manusia adalah niatnya, pun apa yang jadi cintanya. Karena itulah kemudian akal menjadi penasehat dalam kerajaan diri, sementara hati sebagai rajanya.

Pendidikan, dengan demikian, mestinya adalah upaya mejadikan rajanya segenap sarana hidup manusia, yakni hati, sebagai sosok yang dewasa. Yakni sosok yang senang dengan ketaatan kepadaNya, sosok yang benci akan pembangkangan kepadaNya. Hal ini karena hati adalah wujud yang bodoh pada awalnya, diibaratkan seperti bayi yang hanya dapat mendengar, tak mampu melihat, tak mampu berucap pun berdalil.

Hati siapakah yang kemudian jadi target pendidikan? Hati istri/suami kita? Hati anak-anak kita? Hati semua orang?

Mungkin kepedean, tidak pada tempatnya hati yang buta dan bisu berkhayal jadi pendidik bagi hati-hati lain yang serupa.

Maka tugas manusia kemudian adalah mengajari hatinya sendiri, sembari mengiba kepada sang Sebab kedewasaan hati, sembari mengajak hati-hati yang lain belajar bersama.

Akhir kata. Adakah gunanya ocehan bocah tentang kedewasaan khayali ini? Mungkin tidak. Ah sudahlah...

Selasa, 05 Juni 2018

5. Penciptaan atau persekutuan

5. Penciptaan atau persekutuan

Penciptaan kurang lebih telah dijelaskan sebelum ini. Adapun persekutuan maksudnya adalah beberapa subjek yang bekerjasama menghasilkan satu atau banyak objek/akibat. Contoh mudah persekutuan adalah proses pembuatan meja, seperti dicontohkan sebelumnya. Dalam pembuatan meja ada bahan gerak, yakni kayu atau potongan-potongan kayu, ada pula alat-alat gerak, yakni apa-apa yang menyampaikan bahan kepada akhir gerak, yakni meja. Beberapa alat gerak dalam contoh meja adalah Pak Karyo, ide tentang bentuk meja, ide tentang fungsi yang diharapkan dari meja, alat-alat pertukangan, waktu pengerjaan.

Dalam pembuatan meja tersebut setidaknya ada 2 subjek. Subjek pertama adalah pencipta materi, yakni yang mengadakan materi-materi, termasuk kayu dan bahan-bahan lain yang kemudian menjadi alat-alat pertukangan, bahkan mengadakan tubuh Pak Karyo dan energi materialnya, juga menentukan hukum-hukum yang berlaku di alam materi, yakni kayu jika mengalami gesekan tertentu dapat mengalami perubahan bentuk atau terpotong, energi yang tersimpan di tubuh dapat diubah menjadi gerak tangan, gesekan yang sedemikian akan membutuhkan waktu sedemikian untuk memotong kayu setebal-lebar sekian, dst. Subjek kedua adalah Pak Karyo. Setelah mengamati dan mempelajari hukum-hukum yang berlaku di alam materi maka Pak Karyo dapat memanfaatkan hukum-hukum tersebut untuk mewujudkan idenya, yakni bentuk dan fungsi meja. Perhatikan bahwa Pak Karyo dalam hal ini tidak  menentukan atau menguasai hukum-hukum yang berlaku di alam materi, dia hanya memanfaatkan hukum-hukum itu untuk kepentingannya. Kemudian pendeknya dapat dikatakan bahwa Pak Karyo bersekutu dengan pencipta materi untuk mewujudkan meja.
###

Jadi mana yang hakikatnya terjadi, penciptaan atau persekutuan, atau keduanya?

Ihwal mengadakan ini jelas akan lebih mudah dijelaskan jika diasumsikan sebagai penciptaan. Dalam kasus mengadakan meja di atas, misalnya, katakan saja ada pencipta materi dan ada Pak Karyo. Keduanya diciptakan oleh satu pencipta yang sama. Atau Pak Karyo diciptakan juga oleh pencipta materi. Selesai sudah penjelasannya.
###

Ketika mewujudkan meja, seperti contoh kita, ingin dijelaskan dengan konsep persekutuan?

Ada 2 subjek berbeda, pencipta materi dan Pak Karyo. Ada 2 kehendak berbeda, milik pencipta materi dan milik Pak Karyo. Ketika penjelasan hanya sampai di sini maka seolah ada keterpisahan antara wujud pencipta materi dan wujud Pak Karyo.

Ketika yang ada di antara keduanya hanya keterpisahan maka keduanya hakikatnya tidak akan pernah berhubungan, tak akan bersekutu, termasuk dalam mengadakan meja, atau apapun. Sementara dalam kasus contoh kita keduanya bersekutu, termasuk dalam mengadakan meja, maka mestinya ada keterkaitan antara keduanya. Bagaimana itu?

Hanya ada 2 alternatif jawaban untuk hal ini. Pertama, pencipta materi hakikatnya adalah pencipta Pak Karyo juga. Wujud Pak Karyo dengan demikian adalah gambaran atau perwujudan dari wujud sang pencipta materi. Pencipta materi juga mewujudkan dalam diri Pak Karyo kebebasan berkehendak termasuk dalam mempelajari dan memanfaatkan materi dan hukum-hukumnya. Dengan begitu kehendak Pak Karyo hakikatnya adalah gambaran atau perwujudan dari kehendak sang pencipta materi itu juga.

Kedua, pencipta materi dan Pak Karyo diciptakan oleh satu pencipta yang sama, katakan A. Dengan begitu wujud pencipta materi dan wujud Pak Karyo adalah gambaran atau akibat A. Demikian pula kehendak pencipta materi dan kehendak Pak Karyo adalah dalam lingkup kehendak A. Inilah maka pencipta materi dan Pak Karyo kemudian terpisah sekaligus terkait dalam semesta yang diwujudkan oleh A.

Lho kok?
###

Menarik di baca:
* Sebab-akibat, dalam buku "Logika (itu) Mudah", oleh penulis

Rabu, 30 Mei 2018

4. Mencipta

4. Mencipta 

Mencipta adalah mengadakan objek dari tiada.

Pernah saya ikuti perdebatan tentang mungkinkah mencipta ini. Mungkinkah Tuhan mengadakan makhluk dari ketiadaan? Satu pihak bilang adalah mustahil mengadakan apapun dari ketiadaan, jelas-jelas tiada, tidak ada. Pihak lain bilang mencipta sebenarnya bukan mengadakan makhluk dari tiada, melainkan memindahkan wujud dari ranah potensi ke ranah aktual... Singkat kata tak ada kesimpulan pada akhirnya.
###

Pak Karyo mencipta meja dari potongan-potongan kayu. Ini mungkin contoh penerapan ide mencipta di atas. Dari tiada meja menjadi ada meja, dengan Pak Karyo sebagai penciptanya. Sekilas tak ada yang salah dengan hal itu. Tapi coba selami sedikit lebih dalam. Samakah makna yang disampaikan antara Pak Karyo mencipta meja (dari potongan-potongan kayu) dengan Tuhan mencipta makhluk (dari tiada)? Mencipta pada kasus meja adalah pengibaratan sementara mencipta pada kasus makhluk adalah makna hakikinya.

Jika dicermati ide tentang mencipta ini, ada beberapa poin yang mestinya diperhatikan. Poin pertama adalah penguasaan penuh subjek terhadap objek yang dicipta. Dalam kasus Pak Karyo dan meja misalnya, subjek benar menguasai sebagian sifat-sifat kayu atau dan meja tapi tak sepenuh sifat-sifatnya. Pak Karyo bisa mempengaruhi beberapa sifat kayu (di antaranya bentuknya dan warnanya) tapi tak bisa menentukan semua sifat kayu (termasuk perubahan fisisnya, bahkan ada dan tiadanya dalam alam materi). Pak Karyo tak bisa sesukanya mengubah kayu jadi puding rasa melon misalnya. Tak bisa pula Pak Karyo memindahkan wujud kayu dari alam materi ke alam kubur misalnya. Bisakah? (Andai Pak Karyo bisa, pasti beliau ini bukan tukang kayu biasa, tapi dewa kayu. 😅)

Poin kedua ide mencipta, sebagai konsekuensi logis dari poin pertama, adalah ketunggalan pencipta. Karena subjek menguasai sepenuhnya objek yang dicipta maka niscaya dia, dan hanya dialah, yang mencipta objek tersebut. Kalau ada campur tangan subjek kedua, ketiga, dst, secara hakiki, dalam mencipta objek, maka itu tidak lagi dapat disebut sebagai mencipta (dalam makna hakikinya). Adapun jika subjek kedua, ketiga, dst adalah pada hakikatnya ciptaan subjek pertama, maka campur tangan subjek kedua, ketiga, dst juga hakikatnya adalah dari subjek pertama, ini dengan demikian tak menyalahi ide tentang mencipta objek oleh subjek tunggal.
###

Konsep mencipta yang tampaknya cukup rumit, ada gambarannya, dan (tak disangka) ternyata cukup mudah. Menghadirkan sesuatu dalam benak. (Mengkhayal juga boleh lah.)

Coba anda bayangkan kartun ikan. Karena gaya tarik dari bawah ikan tersebut jatuh. Masuklah ia ke air. Mulailah ia mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang melayang ke arah permukaan air karena gaya apung. Ada seorang mengendarai sampan mendekati ikan tadi, mengarahkan telunjuknya ke arah ikan. Seketika ikan berubah menjadi semangka seukuran tinggi orang tadi. Orang tadi mengarahkan telunjuknya lagi, seketika semangka menghilang. Cling!...

Anda perhatikan bahwa ikan dalam khayalan anda itu dapat anda apakan sesuka, semau anda. Anda perhatikan gaya tarik ke bawah, telunjuk orang, yang mempengaruhi ikan, itu tidaklah ada secara mandiri, termasuk gaya apung yang mempengaruhi gelembung udara, termasuk pengaruh telunjuk terhadap semangka. Semua gaya itu adalah dalam kuasa anda. Hakikatnya hanya anda subjek dalam kisah tadi, pun segenap gaya yang ada hanyalah milik anda.

Kira-kira demikianlah mencipta.
###

Kembali ke bagian yang lebih mendasar, yakni ke bahasan awal di bab ini, mungkinkah ada mencipta, mungkinkah mengadakan objek dari tiada?

Dengan menambahkan sudut pandang maka soalan ini akan lebih mudah dijawab.

Dari sudut pandang pengamat jelas bahwa tiada menjadi ada dan dari ada menjadi tiada itu bukan hal yang perlu dipertanyakan. Saya ajak anda kembali ke contoh meja. Meja tadinya tiada, benar-benar tidak ada, menjadi ada. Potongan-potongan kayu terpisah tadinya ada menjadi tiada.

Dari sudut pandang pencipta, objek ciptaan itu tak pernah tiada, ia selalu ada dan selalu bergantung. (Bagian ini akan menjadi jelas pada bahasan-bahasan selanjutnya. Insya Allah.)

Senin, 28 Mei 2018

3. Anda tak mandiri

3. Anda tak mandiri

(Perlu diperhatikan bahwa bahasan berikut bukanlah permainan kata-kata semata. Renungkan dengan baik, mudah-mudahan anda kemudian tahu apa yang dimaksud.)

Benar anda tunggal dan anda sederhana, seperti dijelaskan sebelum ini. Anda bukanlah organ-organ material yang anda gunakan untuk beraktivitas itu. Anda, selain itu, bukanlah pengetahuan-pengetahuan dalam benak itu. Pun anda bukan benak itu sendiri. Anda bukanlah perasaan-perasaan yang seolah sangat lekat itu. Pun anda bukan qalbu, hati, yang digunakan untuk merasa itu. Anda adalah (anda) yang menyadari, itu saja. Dan benar, ternyata tak mudah mendefinisi anda.

Bagaimanapun bahasan harus terus berjalan...

Sejauh ini yang dapat dipahami adalah bahwa ada anda, ada pula selain anda. Dari sudut pandang anda, anda adalah wujud hakiki, sama hakikinya dengan wujud selain anda (yakni alam materi termasuk organ-organ material anda, benak anda termasuk pengetahuan-pengetahuannya, hati anda termasuk perasaan-perasaannya). Selami sedikit kedirian anda maka anda akan paham apa yang disampaikan di sini!

Sekarang bagaimana anda tahu bahwa anda mandiri atau tidak?

Katakan saja bahwa anda menguasai ke"aku"an anda, sepenuhnya. Ternyata anda tak mungkin menguasai selain ke"aku"an itu. Sementara selain "aku" itulah yang hakikatnya menjadi batas, pada hakikatnya turut menjadikan "aku" hakiki (tentunya dari sudut pandang ke"aku"an). Dengan begitu (ternyata) anda sama sekali tak menguasai, bahkan ke"aku"an anda sendiri.

Anda perhatikan bahwa segenap organ tubuh yang katanya milik anda itu ternyata tak sepenuhnya dalam kuasa anda. Betapa akan sangat sibuknya anda andai harus mengatur setiap tarikan dan hembusan nafas, setiap detak jantung, setiap pergantian energi dalam tubuh, setiap pergantian sel, dst.

Anda perhatikan juga bahwa pengaruh anda di alam materi amat sangat jauh dari signifikan.

Anda perhatikan bahwa pengetahuan-pengetahuan anda bukanlah murni kuasa anda. Pada awalnya anda tak tahu apa-apa. Setelah sekian waktu, anda tahu tentang banyak hal. Karena yang tak punya tak mungkin memberi, anda yang dalam keadaan tak tahu pasti tak mungkin menjadikan anda kemudian tahu dengan sendirinya, maka jelas anda berhutang pengetahuan-pengetahuan yang anda punya itu. (Tapi berhutang pada siapa?)

Anda perhatikan bahwa segenap benak anda, termasuk adanya benak itu sendiri, tidaklah dalam kuasa anda. Itu hanya wujud yang dititipkan kepada anda.

Anda perhatikan bahwa rasa bukanlah sesuatu yang dalam kuasa anda. Pembuktiannya mudah. Dapatkah anda mewujudkan rasa anda sendiri terlepas apapun yang anda sadari?

Dan hati anda, bukan pula wujud yang anda kuasai.
###

Menarik dibaca:
* Some Disciplines Concerning the Clothes, dalam buku "Adab as-Salat: The Disciplines of the Prayer", oleh Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini

Selasa, 22 Mei 2018

2. Anda ini Apakah?

2. Anda ini apakah?

Materi adalah wujud yang dapat dijangkau dengan indera (yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, rabaan). Ciri-ciri materi, selain dapat diindera, di antaranya menempati ruang materi, selalu dapat dibelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, berubah seiring waktu.
###

Tidak pernah ada orang yang mengindera ke"aku"an. Dan tampaknya tak akan ada. Yang dapat diindera adalah tanda-tanda "aku", ataupun alat kelengkapannya, seperti organ-organ tubuh, atau bagi sebagian orang termasuk tubuh astralnya.

Secara massa dan volum apa yang membedakan orang hidup dengan mayatnya? Tampaknya tak ada. Secara induktif ini membuktikan bahwa wujud yang hidup, yakni "aku", tidaklah menempati ruang materi, tidak pula memiliki massa materi. Artinya "aku" bukanlah materi.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa "aku", atau hidup yang menyatu dengan tubuh, adalah semacam energi. Karenanya saat seorang mati massa dan volum materialnya tak berubah, tapi energinya yang berubah. Kita tanya, saat seorang mati, energinya, yakni "aku"nya pergi ke mana? Atau berubah jadi apa? Dengan kaca mata empirisme, yakni pengamatan inderawi, saya tak yakin ada yang bisa menjawab ini. Apakah menjadi tiada? Bagaimana bisa dijelaskan secara empiris bahwa ada menjadi tiada (cling!)?
###

Secara teori semua materi dapat dibelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dalam prakteknya yang membatasi pembagian materi ini hanyalah ketelitian alat yang digunakan. Bagaimana dengan ke"aku"an anda, dapatkah dibagi-bagi?

Organ-organ tubuh anda dapat dibelah-belah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. (Tapi jangan dicoba! Sakit.) Apa-apa yang ada dalam benak anda, yakni pengetahuan-pengetahuan, dapat dipisah-pisahkan. Perasaan-perasaan anda dapat dipisah-pisahkan. Sekarang senang, beberapa saat yang lalu agak senang, kemarin suntuk, dst. Tapi coba perhatikan ke"aku"an. Anda bukanlah wujud yang tersusun dari sesuatu ditambah sesuatu yang lain, ditambah sesuatu yang lain lagi, dst. Karenanya anda tak mungkin membedakan "aku" yang dulu dengan "aku" yang sekarang, atau dengan "aku" yang kapanpun.
###

Satu lagi ciri yang dimiliki materi adalah tak menampakkan kesengajaan (atau keinginan, atau kehendak). Anda perhatikan bangkai ikan, atau ikan pingsan, saat dilempar di udara, ia bergerak hanya mengikuti gaya yang mengenainya, tarikan maupun tolakan. Samakah dengan ikan dalam keadaan sadar yang dilempar di udara?

Demikian pula, samakah antara orang hidup dengan orang yang tidur, atau mayat?
###

Menarik dibaca:
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Self
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Consciousness
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Soul
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Metaphysics
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Matter
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Incorporeality
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Sense

Jumat, 18 Mei 2018

1. Anda ada

1. Anda ada 

Anda dimaksud dalam makalah ini adalah manusia yang secara sengaja mengkajinya.

Pandangan tentang hakikat manusia setidaknya ada 3.

Paling lazim sepertinya, manusia dipandang sebagai fungsi penggabungan tubuh dengan jiwa. Ibarat rumah yang tersusun dari kayu, bata, semen, genteng, dst. Rumah adalah fungsi yang menyatukan unsur-unsur pembentuknya. Yang ada secara faktual adalah unsur-unsur pembentuk rumah, dengan format khas, dapat memenuhi fungsi tertentu, katakan menaungi. Karena hal itu kemudian rumah dianggap ada. Dalam pandangan ini manusia adalah fungsi, atau gambaran wujud, sementara yang ada secara faktual adalah tubuh dan jiwa yang berkaitan.

Pandangan kedua menyatakan bahwa manusia adalah wujud immateri yang sebagian alat kelengkapannya adalah tubuh material. Ibarat seorang yang mengendarai mobil, anda menggunakan tubuh untuk berinteraksi dengan alam materi. Yang membedakan manusia dari wujud immateri yang bertubuh material lainnya adalah penalaran (tingkat lanjut).

Pandangan ketiga menyatakan bahwa manusia adalah tubuh material yang terdiri dari sekian organ, sekian sistem organ. Pendek kata manusia adalah semata fungsi wujud material.

Mana pandangan yang sebenarnya mewakili hakikat manusia?

Menjawab ini perlu pembahasan pengantar tentang apa materi dan apa yang bukan. InsyaAllah pada bab-bab selanjutnya.
###

Prinsip pertama, setiap wujud pasti punya pengaruh, yakni ada tanda-tandanya. Mustahil satu wujud tak punya pengaruh, yakni tanpa tanda.

Gambaran mudahnya prinsip ini begini. Katakan ada materi tapi tak menempati ruang material, yakni tidak membatasi materi lainnya. Ia tak punya pula tanda-tanda materi. Mungkinkah ada materi semacam itu?
###

Prinsip kedua, hal yang berbeda pasti berasal dari sebab yang berbeda.
###

Perbuatan yang anda lakukan dengan sengaja ada, dan itu berbeda dari perbuatan anda yang tanpa sengaja, apalagi dari yang bukan perbuatan anda. Tindakan anda  menggerakkan tangan, misalnya, itu ada. Kita tahu bahwa itu ada karena ia berpengaruh, juga ada tanda-tandanya.

Pengetahuan anda ada. Saat anda merasa lapar, tahu bahwa tubuh anda perlu asupan makanan, misalnya, anda bereaksi dengan mencari makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Anda tahu bahwa pengetahuan anda ada karenanya anda bereaksi sesuai dengannya. Yang itu anda tahu berbeda dari yang bukan pengetahuan anda.

Niat anda, kesengajaan anda, ada. Anda sadar bahwa kadang melakukan satu hal dengan sengaja, menggerakkan tangan untuk makan, mengunyah, dan menelan misalnya. (Tanpa kesengajaan acara makan anda akan jadi lain ceritanya). Yang itu anda tahu berbeda dari yang bukan niat anda.

Perbuatan anda ada, pengetahuan anda ada, niat anda ada, yang itu adalah bagian dari tanda-tanda anda. Mungkinkah ada tanda-tanda (anda) tanpa ada subjeknya (yakni anda)?
###

Menarik dibaca
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Existence
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ontology
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Sign
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Semiotics
* https://www.kompasiana.com/bro_chris/filsafat-manusia-kajian-filosofis-tentang-siapakah-manusia_581aa41d947e619f3219600c#
* On Curing The Wandering Imagination, dalam buku "Adab As-Salat: The Disciplines of The Prayer", oleh Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini

Rabu, 02 Mei 2018

7. Sebab-akibat

7. Sebab-akibat

Disadari atau tidak, setiap wujud, terindera atau tak terindera, terikat pada sebuah aturan. Aturan ini biasanya disebut dengan (hukum) sebab-akibat. Contohnya: setiap wujud pasti punya pengaruh. Wujud adalah sebab dalam contoh ini. Pengaruh adalah akibatnya.

Sebab-akibat adalah aturan yang meliputi semua wujud karenanya siapa yang dapat memahaminya secara sempurna adalah yang memahami semesta wujud secara keseluruhan. Karenanya, yang hakikatnya mengenal sebab-akibat hanyalah sang Pencipta.

Namun demikian siapapun yang punya potensi mengetahui, manusia misalnya, punya juga potensi mengenal sebab-akibat, tentunya sebatas semesta wujud yang dikenalnya. Atau lebih tepatnya manusia punya potensi mengenal gambaran dari sebab-akibat. Hal ini karena ia tidak mungkin mengenal semesta wujud sebagai sebuah keseluruhan. Karena bagaimanapun ia bukanlah yang melingkupi segenap wujud, ia bukan sang Pencipta.

Namun demikian anda tak perlu bersedih atau merasa putus asa bahwa hakikat sebab-akibat bukanlah untuk anda. Bukanlah wilayah tanggung jawab anda jika sesuatu di luar jangkauan anda. Tetapi tanggung jawab anda adalah terkait hal-hal yang dapat anda jangkau.
###

Dengan demikian yang disebut "sebab", termasuk dalam artikel ini, biasanya adalah gambaran dari sebab yang sebenarnya.
###

Kita akan melihat sebab-akibat dari sebuah sudut pandang. Istilahnya mungkin sudut filsafat gerak. (Yang tertarik mendalami filsafat gerak dipersilahkan browsing sendiri 😅).

Akibat adalah bagian akhir _sebuah_ gerak, proses, perubahan. Perlu dicermati bahwa gerak, mungkin, hakikatnya tidak akan terhenti pada satu atau banyak hal. Karena itulah pada awal paragraf ini ada ungkapan _sebuah_ . Jadi kita berfokus hanya pada gerak yang sedang dibahas. Sementara mengabaikan gerak-gerak sebelumnya, gerak-gerak sesudahnya, juga gerak-gerak di sekitarnya.

Sebab adalah apa-apa yang menyampaikan kepada akibat. Sebab ada 2 macam: bahan dan alat gerak. Bahan adalah hal yang mengalami gerak, yang dibahas. Alat gerak adalah yang menyampaikan bahan kepada akibatnya.

Sepotong kayu panjang menjadi dua potong kayu pendek. Akibat di sini adalah 2 potong kayu pendek. Bahannya adalah sepotong kayu panjang. Alat-alat geraknya bisa berupa gergaji, orang yang menggergaji, orang yang menginginkan kayu pendek, tenaga yang dipakai untuk menggergaji, maju-mundurnya gergaji, waktu yang dipakai untuk menggergaji, ide tentang dua potong kayu pendek, ide tentang penggunaan kayu pendek, dst.

Dalam hal bahan yang jelas, pertanyaan tentang sebab biasanya mengarah kepada salah satu atau beberapa alat gerak. Dalam hal bahan yang beragam atau belum diketahui maka pertanyaan tentang sebab bisa mengarah kepada bahan-bahan, bisa pula kepada alat-alat gerak, bisa pula keduanya. Tapi yang jelas adalah bahwa jawaban tentang sebab-sebab sesuatu harus dikembalikan kepada si penanya.
###

Metode Mill

Melengkapi pembahasan sebab-akibat, adalah metode induksi yang ditawarkan oleh John Stuart Mill.

A. Metode persamaan

Jika dua kesempatan atau lebih fenomena yang diamati hanya punya satu hal yang sama, hal yang berlaku pada semua kesempatan, itulah sebab (atau akibat) dari fenomena tsb.

Secara simbolis metode persamaan dapat diungkapkan:

ABCD hadir bersama wxyz
AEFG hadir bersama wtuv
------------------------------------
Maka A adalah sebab (atau akibat) w.

B. Metode perbedaan

Jika pada satu kesempatan fenomena yang diamati terjadi, dan pada satu kesempatan lain fenomena yang diamati tak terjadi, jika keduanya punya semua hal yang sama kecuali satu hal, yang satu hal itu hanya ada pada kesempatan terjadinya fenomena diamati; hanya hal yang membedakan keduanya itulah, sebab, atau akibat, atau bagian dari sebab fenomena yang diamati.

Metode perbedaan jika disimbolkan akan tampak seperti berikut.

ABCD hadir bersama wxyz
BCD hadir bersama xyz
----------------------------------------
Maka A adalah sebab, atau akibat, atau bagian sebab w.

C. Metode gabungan

Jika pada dua kesempatan atau lebih yang menghadirkan fenomena yang diamati hanya punya satu hal yang sama, sementara pada dua kesempatan atau lebih yang tak menghadirkan fenomena tersebut tak menghadirkan hanya satu hal tadi; hanya hal yang membedakan kedua set itulah, sebab, atau akibat, atau bagian sebab fenomena dimaksud.

Metode gabungan jika disimbolkan akan tampak seperti berikut.

ABC hadir bersama wxy
ADE hadir bersama wtu
BC hadir bersama xy
-----------------------------------------
Maka A adalah sebab, akibat, atau bagian sebab w.

D. Metode sisa

Sisihkan dari satu fenomena bagian-bagian yang diketahui sebagai akibat dari hal-hal tertentu, maka yang tersisa dari fenomena tersebut adalah efek dari hal-hal yang tersisa.

ABC hadir bersama wxy
B adalah sebab x
C adalah sebab y
-----------------------------------------
Maka A adalah sebab, atau bagian sebab w.

E. Metode keselarasan variasi

Fenomena apapun yang bervariasi seiring bervariasinya fenomena lain, adalah sebab, atau akibat fenomena lain tersebut, atau terhubung dengannya dalam sebab-akibat.

ABC hadir bersama wxy
A+-BC menghasilkan w+-xy
-----------------------------------------
Maka A terkait dengan w dalam sebab-akibat.
###

Menarik dibaca:
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Four_causes
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mill%27s_Methods
* Hubungan Kausalitas, dalam buku "Logika", oleh Drs. Mundiri

6. Silogisme

6. Silogisme

6.1 Silogisme sederhana

Semua orang ingin bahagia. Semua orang pasti mati. Sekilas mendapati dua pernyataan itu, sebagian kita mungkin akan bertanya. Apakah keinginan untuk bahagia ada hubungannya dengan mati? Apakah bahagia ada pada kematian? Apakah semua yang ingin bahagia pasti mati? Dst.

Sebagian orang dermawan. Sebagian orang kikir. Apakah sebagian yang dermawan adalah kikir? Apakah hakikatnya kedermawanan tidak berlawanan dengan kikir? Dst.

Hubungan antar-term ternyata tak hanya ada pada term-term dalam satu pernyataan. Dalam hal dua pernyataan yang terkait, dua term dapat diketahui hubungannya. Yang menjadi kait antara kedua term tersebut adalah satu term yang secara sekaligus berada di kedua pernyataan. Kemudian dapat dihasilkan satu atau beberapa pernyataan baru yang menyampaikan hubungan antara kedua term yang sebelumnya tidak pada satu pernyataan.

Yang perlu diperhatikan sebelum melangkah pada penyimpulan tadi adalah harus adanya term kait. Yakni satu term yang secara sekaligus berada pada dua pernyataan.

A. Dua pernyataan dengan term kait identik

Semua orang ingin bahagia. Semua orang pasti mati. Kedua pernyataan ini punya term yang sama "semua orang", maka kedua term yang lain kemudian dapat disimpulkan hubungan-hubungannya dalam pernyataan-pernyataan yang baru.

B. Dua pernyataan dengan term kait bersinonim

Semua orang ingin bahagia. Semua manusia pasti mati. Pada contoh ini "semua orang" sama artinya dengan "semua manusia", dengan demikian kedua term yang lain hakikatnya saling berhubungan juga.

C. Dua pernyataan tak terkait

Semua orang ingin bahagia. Semua hewan pasti mati. Di sini pernyataan pertama tak terkait dengan pernyataan kedua. Karenanya, tanpa pernyataan lain yang mengaitkan keduanya, term-term pada pernyataan pertama tak mungkin dihubungkan dengan term pada pernyataan kedua, demikian pula sebaliknya.

Ari suka ayam. Ayam suka makan beras. Pernyataan pertama memuat "ari" dan "suka ayam", sementara pernyataan kedua memuat "ayam" dan "suka makan beras". Sama juga kedua pernyataan ini tak terkait.

D. Term kait mengawali pernyataan

Bentuk silogismenya KB, KC, dengan K adalah term kait, B dan C adalah term-term yang dicari hubungannya. Mengikuti pernyataan-pernyaaan yang menyusunnya bentuk ini memiliki beberapa variasi: OO, OI, OE, OA, II, IE, IA, EE, EA, AA. Masing-masing variasi tersebut menghasilkan kesimpulan masing-masing, yang dapat anda buktikan sendiri, dengan diagram lengkap atau dengan cara lain. Berikut adalah contoh penyimpulan sebagian variasi bentuk silogisme KB, KC dengan bantuan diagram lengkap.

Semua orang ingin bahagia. Semua orang pasti mati. Bentuk KB, KC variasi OO.
Diagram 6.1 tahap-tahap pembuatan diagram-diagram lengkap orang ingin bahagia, pasti mati

Diagram 6.2 orang ingin bahagia, pasti mati alt 1

Diagram 6.3 orang ingin bahagia, pasti mati alt 2

Diagram 6.4 orang ingin bahagia, pasti mati alt 3

Diagram 6.5 orang ingin bahagia, pasti mati alt 4

Diagram 6.6 orang ingin bahagia, pasti mati alt 5

Diagram 6.7 orang ingin bahagia, pasti mati alt 6

Diagram 6.8 orang ingin bahagia, pasti mati alt 7

Diagram 6.9 orang ingin bahagia, pasti mati alt 8

Diagram 6.10 orang ingin bahagia, pasti mati alt 9

Diagram 6.11 orang ingin bahagia, pasti mati alt 10

Mari lihat apa-apa yang kita dapatkan. 
1. Semua yang ingin bahagia pasti mati (salah), lihat diagram 6.4
2. Sebagian yang ingin bahagia pasti mati (benar)
3. Semua yang ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
4. Sebagian yang ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
5. Semua yang pasti mati adalah yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.5
6. Sebagian yang pasti mati adalah yang ingin bahagia (benar)
7. Semua yang pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2
8. Sebagian yang pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2

Mari lihat lebih jauh lagi
9. Semua yang tak ingin bahagia adalah yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
10. Sebagian yang tak ingin bahagia adalah yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
11. Semua yang tak ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.3
12. Sebagian yang tak ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.6
13. Semua yang tak pasti mati adalah yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2
14. Sebagian yang tak pasti mati adalah yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2
15. Semua yang tak pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.4
16. Sebagian yang tak pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.6

Jika semua orang ingin bahagia dan semua orang pasti mati maka: sebagian yang ingin bahagia pasti mati, sebagian yang pasti mati adalah yang ingin bahagia.
###

Kita lihat contoh silogisme KB, KC yang lain. Kali ini dengan variasi OE. 

Orang adalah makhluk, orang bukan batu. Diagram-diagramnya seperti berikut.
Diagram 6.12 orang makhluk, nonbatu alt 1

Diagram 6.13 orang makhluk, nonbatu alt 2

Diagram 6.14 orang makhluk, nonbatu alt 3

Diagram 6.15 orang makhluk, nonbatu alt 4

Diagram 6.16 orang makhluk, nonbatu alt 5

Diagram 6.17 orang makhluk, nonbatu alt 6

Diagram 6.18 orang makhluk, nonbatu alt 7

Diagram 6.19 orang makhluk, nonbatu alt 8

Diagram 6.20 orang makhluk, nonbatu alt 9

Diagram 6.21 orang makhluk, nonbatu alt 10

Jika orang adalah makhluk dan orang bukan batu maka?... (Silahkan anda jawab)

E. Term kait mengakhiri pernyataan

Kadang kita dapati bahwa term kait menempati bagian akhir pernyataan-pernyataan. Variasi-variasinya sbb: OO, OI, OE, OA, II, IE, IA, EE, EA, AA. 

Contoh pada variasi OO: ayah manusia, ibu manusia, maka (hubungan ayah dengan ibu)? (Silahkan anda jawab dengan penjelasannya)

F. Term kait mengawali satu pernyataan, mengakhiri pernyataan lain 

Mungkin ini silogisme yang paling lazim. Paling banyak pula variasinya di antara silogisme-silogisme sederhana: OO, OI, OE, OA, IO, II, IE, IA, EO, EI, EE, EA, AO, AI, AE, AA. 

Jika manusia ingin bahagia dan Ahmad adalah manusia maka? Jika sebagian batu berharga dan ini batu maka? Jika Allah bukan makhluk dan saya bukan Allah maka? Dst.

Tanda bahwa anda menguasai silogisme sederhana adalah mampu memberikan kesimpulan atas pernyataan-pernyataan saling terkait, seperti apapun. Kecermatan, ketelitian, mungkin adalah kata kuncinya. Setahu saya kecermatan jugalah kata kunci untuk menguasai logika secara praktis.

6.2 silogisme bersyarat 

A. Lazim

Pernyataan bersyarat jika disertai dengan pernyataan yang terkait dengannya akan dapat menghasilkan pernyataan baru sebagai kesimpulan. 

Ada kalanya hubungan sebab-akibat yang dinyatakan pada pernyataan bersyarat adalah berupa kelaziman, kebiasaan. Dari pernyataan seperti ini akan menghasilkan pernyataan-pernyataan kesimpulan yang bersifat khas, membedakannya dari hubungan sebab-akibat yang pasti. 

Jika sebab terjadi maka akibatnya terjadi. Contoh: Jika hujan turun maka genteng basah. Hujan turun. Maka? Lazimnya genteng akan basah. 

Jika sebab tak terjadi maka akibat belum tentu tak terjadi. Contoh: Jika hujan turun maka genteng basah. Hujan tak turun. Maka? Genteng lazimnya tak basah, tapi bisa juga basah. Genteng bisa basah karena sebab lain, kan?

Jika akibat tak terjadi maka sebab tak terjadi. Contoh: Jika hujan turun, genteng basah. Genteng tak basah. Maka? Mestinya hujan tak turun. 

Jika akibat terjadi, sebab belum tentu terjadi. Contoh: Jika hujan turun, genteng basah. Genteng basah. Maka? Hujan bisa turun, bisa tak turun.

B. Pasti

Ada pula hubungan sebab-akibat yang bersifat pasti. Dikatakan bahwa sebab terhubung dengan akibat secara hakiki. 

Jika matahari terbit maka malam menghilang. 

Matahari terbit. Pasti malam menghilang. Jika sebab ada maka akibat terjadi.

Matahari tak terbit. Pasti malam tak menghilang. Jika sebab tak terjadi maka akibat pasti tak ada. 

Malam menghilang. Pasti matahari terbit. Jika akibat terjadi pasti sebabnya ada. 

Malam tak menghilang. Pasti matahari tak terbit. Jika akibat tiada maka pasti sebabnya tak ada. 
###

Hubungan yang hakiki antara dua hal tak mungkin diketahui tanpa pengenalan yang lengkap terhadap masing-masing hal itu. Sementara hakikat sesuatu biasanya bukan hanya sisi materialnya saja.
###

Menarik dibaca:
* Silogisme, dalam buku "Logika", oleh Drs. Mundiri

Minggu, 29 April 2018

5. Pernyataan tersembunyi

5. Pernyataan tersembunyi

5.1 universal positif

Ayam hidup. Pernyataan ini menghubungkan pahaman ayam dengan hidup, atau dalam ungkapan lain menyematkan pahaman hidup kepada pahaman ayam. Hanya itu? Sebenarnya beberapa term, juga beberapa hubungan term ada di situ. Mari kita perhatikan.
Diagram 5.1 ayam hidup alt 1

Diagram 5.2 ayam hidup alt 2

Berikut adalah beberapa alternatif pernyataan yang terkait dengan pernyataan di atas.
1. Sebagian ayam hidup (benar)
2. Ayam tak hidup (salah), perhatikan diagram 5.1
3. Sebagian ayam tak hidup (salah), perhatikan diagram 5.1
4. Semua yang hidup adalah ayam (salah), perhatikan diagram 5.2
5. Sebagian yang hidup adalah ayam (benar)
6. Semua yang hidup bukan ayam (salah), perhatikan diagram 5.1
7. Sebagian yang hidup bukan ayam (salah), perhatikan diagram 5.1

Jadi saat anda menyatakan ayam hidup, yakni semua ayam hidup, seketika anda sebenarnya juga menyatakan bahwa  sebagian ayam hidup, juga sebagian yang hidup adalah ayam.

Lebih jauh lagi, pernyataan-pernyataan berikut mungkin jarang terlintas terkait dengan pernyataan awal yang kita bahas.
8. Semua non-ayam hidup (salah), perhatikan diagram 5.1
9. Sebagian non-ayam hidup (salah), perhatikan diagram 5.1
10. Semua non-ayam tak hidup (salah), perhatikan diagram 5.2
11. Sebagian non-ayam tak hidup (benar)
12. Semua yang tak hidup adalah ayam (salah), perhatikan diagram 5.1
13. Sebagian yang tak hidup adalah ayam (salah), perhatikan diagram 5.1
14. Semua yang tak hidup bukan ayam (benar)
15. Sebagian yang tak hidup bukan ayam (benar)

Jika semua ayam hidup maka: sebagian yang bukan ayam tak hidup, semua yang tak hidup bukan ayam, sebagian yang tak hidup bukan ayam.

Sebagian orang mungkin akan bertanya, teori yang bertele-tele seperti ini ada praktek nyatanya tidak sih, ada gunanya tidak.

Menurut saya apa yang disampaikan di sini bukanlah bertele-tele, ke sana kemari tanpa tujuan. Apa yang ingin disampaikan adalah ajakan kepada pembaca agar mencermati pahaman yang disampaikan, dari berbagai sudut pandang yang mungkin.

Contoh penerapannya secara nyata adalah berikut. Hidup adalah ciri hakiki, salah satu ciri tak terpisahkan pada ayam. (Pembahasan tentang sifat hidup pada ayam ini akan terlalu dalam masuk ke wilayah filsafat, karenanya sementara kita lewatkan.) Kemudian anda mendapati ada sesuatu yang secara lahiriah seperti ayam, tapi ia tak menunjukkan tanda-tanda hidup. Maka sesuatu yang anda dapati itu pastilah bukan ayam. Bisa jadi ia tiruan ayam, atau bisa juga hanya tubuh ayam.

5.2 partikular positif

Sebagian ayam hidup. Ini satu dari contoh pernyataan partikular positif. Adapun penggambarannya dengan diagram-diagram lengkap bisa seperti berikut.
Diagram 5.3 sebagian ayam hidup alt 1

Diagram 5.4 sebagian ayam hidup alt 2

Diagram 5.5 sebagian ayam hidup alt 3

Diagram 5.6 sebagian ayam hidup alt 4

Diagram 5.7 sebagian ayam hidup alt 5

Sebagian ayam hidup. Pernyataan-pernyataan terkait: 
1. Semua ayam hidup (salah), perhatikan diagram 5.4
2. Semua ayam tak hidup (salah), cermati diagram 5.3
3. Sebagian ayam tak hidup (salah), cermati diagram 5.3
4. Semua yang hidup adalah ayam (salah), cermati diagram 5.3
5. Sebagian yang hidup adalah ayam (benar)
6. Semua yang hidup bukan ayam (salah), lihat diagram 5.3
7. Sebagian yang hidup bukan ayam (salah), lihat diagram 5.5
8. Semua nonayam hidup (salah), lihat diagram 5.3
9. Sebagian nonayam hidup (salah), lihat diagram 5.5
10. Semua nonayam tak hidup (salah), lihat diagram 5.4
11. Sebagian nonayam tak hidup (salah), lihat diagram 5.7
12. Semua yang tak hidup adalah ayam (salah), lihat diagram 5.3
13. Sebagian yang tak hidup adalah ayam (salah), lihat diagram 5.3
14. Semua yang tak hidup bukan ayam (salah), lihat diagram 5.4
15. Sebagian yang tak hidup bukan ayam (salah), lihat diagram 5.7

Jika sebagian ayam hidup maka sebagian yang hidup adalah ayam.

5.3 universal negatif

Semua batu tak hidup. Ini contoh pernyataan universal negatif. Berikut adalah contoh diagram-diagram lengkapnya.
Diagram 5.8 batu tak hidup alt 1

Diagram 5.9 batu tak hidup alt 2

Semua batu tak hidup. Berikut adalah pernyataan-pernyataan yang terkait. 
1. Batu hidup (salah), lihat diagram 5.8
2. Sebagian batu hidup (salah), lihat diagram 5.8
3. Sebagian batu tak hidup (benar)
4. Semua yang hidup adalah batu (salah), lihat diagram 5.8
5. Sebagian yang hidup adalah batu (salah), lihat diagram 5.8
6. Semua yang hidup bukan batu (benar)
7. Sebagian yang hidup bukan batu (benar)
8. Semua nonbatu hidup (salah), lihat diagram 5.8
9. Sebagian nonbatu hidup (benar)
10. Semua nonbatu tak hidup (salah), lihat diagram 5.8
11. Sebagian nonbatu tak hidup (salah), lihat diagram 5.9
12. Semua yang tak hidup adalah batu (salah), lihat diagram 5.8
13. Sebagian yang tak hidup adalah batu (benar)
14. Semua yang tak hidup bukan batu (salah), lihat diagram 5.8
15. Sebagian yang tak hidup bukan batu (salah), lihat diagram 5.9

Jika batu tak hidup maka sebagian batu tak hidup, semua yang hidup bukan batu, sebagian yang hidup bukan batu, sebagian yang bukan batu hidup, sebagian yang tak hidup adalah batu.

5.4 partikular negatif

Sebagian batu tak hidup. Ini contoh pernyataan partikular negatif. Diagram-diagramnya bisa seperti berikut. 

Diagram 5.10 sebagian batu tak hidup alt 1

Diagram 5.11 sebagian batu tak hidup alt 2


Diagram 5.12 sebagian batu tak hidup alt 3

Diagram 5.13 sebagian batu tak hidup alt 4

Diagram 5.14 sebagian batu tak hidup alt 5

Sebagian batu tak hidup maka: 
1. Batu hidup (salah), lihat diagram 5.10
2. Sebagian batu hidup (salah), lihat diagram 5.10
3. Batu tak hidup (salah), lihat diagram 5.11
4. Semua yang hidup adalah batu (salah), lihat diagram 5.10
5. Sebagian yang hidup adalah batu (salah), lihat diagram 5.10
6. Semua yang hidup bukan batu (salah), lihat diagram 5.11
7. Sebagian yang hidup bukan batu (salah), lihat diagram 5.12
8. Nonbatu hidup (salah), lihat diagram 5.11
9. Sebagian nonbatu hidup (salah), lihat diagram 5.12
10. Nonbatu tak hidup (salah), diagram 5.10
11. Sebagian nonbatu tak hidup (salah), lihat diagram 5.13
12. Semua yang tak hidup adalah batu (salah), lihat diagram 5.10
13. Sebagian yang tak hidup adalah batu (benar)
14. Semua yang tak hidup bukan batu (salah), lihat diagram 5.10
15. Sebagian yang tak hidup bukan batu (salah), lihat diagram 5.13

Jika sebagian batu tak hidup maka sebagian yang tak hidup adalah batu.
###

Menarik dibaca:
* Oposisi, dalam buku "Logika", oleh Drs. Mundiri
* Pernyataan yang Sama, ibid