Senin, 25 Desember 2017

2. Term

2. Kata dan term

2.1 kata

Kata adalah tanda atau rangkaian tanda minimal yang diungkapkan secara sengaja dan mengandung makna. "A" misalnya, atau "blablabla", adalah kata ketika itu mewakili sebuah makna yang ingin disampaikan oleh si pembuat. "Batu" misalnya, bukanlah sebuah kata ketika si pembuat dalam keadaan tak sadar saat mengungkapkannya.

Tanda dalam hal ini bisa berupa sesuatu yang dinyatakan langsung seperti bunyi dari organ tubuh (mulut, ketiak, tangan, dst), gerakan tangan, gerak mata, dst, bisa juga berupa sesuatu yang dinyatakan pada media, perantara, seperti tulisan, tumpukan batu, gambar, dst.

Untuk mengetahui makna yang ingin disampaikan melalui sebuah kata, secara tepat, mau tak mau si penerima harus merujuk, mengembalikannya, kepada si pembuat kata. Si penerima tak dapat menyalahkan si pembuat kata "batu" misalnya, ketika yang dimaksud dengan itu adalah sejenis makanan digoreng yang berbahan tepung terigu.

Namun demikian, dalam sebuah masyarakat biasanya ada kata-kata yang dianggap sebagai sesuatu yang dapat dipahami oleh semua orang dalam masyarakat itu. Kata-kata semacam ini biasanya tidak memerlukan penjelasan lagi.

2.2 term

Term adalah kata atau rangkaian kata yang mengungkapkan kesatuan pahaman atau kesatuan konsep. "Ayam", "seribu malam", "sebagian orang yang beranggapan bahwa bumi datar" adalah contoh-contoh term.

Dilihat dari kualitasnya term ada yang positif, ada yang negatif.

Term positif adalah term yang menyatakan, membenarkan adanya kualitas tertentu. Contohnya "orang", "makan nasi", "hidup bahagia", dst.

Sementara term negatif adalah term yang meniadakan, menolak sebuah kualitas tertentu. Contohnya "bukan orang", "tidak makan nasi", "tidak hidup bahagia", dst.

Dilihat dari pahaman kuantitas yang dikandungnya, term ada yang universal, ada yang partikular.

Term universal adalah term yang mengandung makna keseluruhan. Contohnya "cacing", "seluruh permukaan bumi", "Ali", dst.

Term partikular adalah term yang menyatakan pembatasan kuantitas pada hal yang ditunjuknya. Contohnya "sebagian cacing", "sebagian besar dari permukaan bumi", "sedikit orang", "sepuluh sapi", dst.

Term dalam logika selalu mewakili pahaman wujud, benda. Ia tidak pernah dimaksudkan mewakili pahaman kerja atau sifat. Contohnya "berdiri", dalam logika adalah mewakili pahaman wujud yang berdiri, atau benda yang berdiri. "Marah" misalnya, dalam logika adalah dimaksudkan mewakili pahaman wujud yang marah. "Di langit" misalnya, dalam logika adalah mewakili pahaman benda yang di langit. Hal ini akan menjadi lebih jelas pada pembahasan pernyataan, proposisi.
###

Menarik dibaca:
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Word
* Pembahasan Kata, dalam buku "Logika", oleh Drs. Mundiri

Senin, 18 Desember 2017

1. Prelude

1. Prelude 

1.1 berita, benar, pengetahuan

Pembahasan dalam subbab ini terkait dengan "filsafat ilmu" atau "filsafat pengetahuan". Silahkan merujuk ke buku-buku yang sesuai untuk studi lebih jauh.

Berita dalam hal ini adalah hadirnya sesuatu dalam benak, akal, pikiran. Bisa tentang apa saja. Bisa tentang materi, seperti "Batu tenggelam di air." Bisa tentang immateri "Saya bersedih." Bisa tentang wujud di luar kita "Gunung Agung meletus hebat." Bisa tentang wujud dalam benak kita "Satu adalah lebih sedikit dari lima." Dst. Dst.

Berita biasanya terkait dengan kenyataan, baik kenyataan yang berada di luar diri maupun kenyataan dalam diri. Berita yang sesuai dengan kenyataan dikatakan bernilai benar. Sementara berita yang tak sesuai dengan kenyataan dikatakan salah.

Berita yang bernilai benar sering disebut sebagai pengetahuan.
Diagram 1.1 berpengetahuan

1.2 benak

Benak adalah alat immaterial yg dipakai oleh manusia, "saya", untuk merekam fakta, juga mengolah rekaman itu, juga merancang aksi menyikapi rekaman itu.

Fakta yg sampai pada kesadaran manusia secara otomatis terekam, terduplikasi, dalam benak. Baik fakta empiris seperti pohon, angin, semut, dst, atau fakta batiniah seperti sedih, mimpi, dst. Baik fakta sebagaimana fakta seperti pohon, sedih, dst, atau fakta yg hakikatnya adl berita atau rekaman tentang fakta seperti ungkapan "pohon", "sedih", dst.

Fakta yg hakikatnya berita bisa diperoleh melalui pendengaran atau pembacaan.

Pengolahan rekaman fakta oleh benak atas instruksi "saya" bisa berupa pengelompokan rekaman-rekaman sejenis, bisa berupa pemisahan rekaman-rekaman yg menurut "saya" tak sejenis, bisa berupa abstraksi rekaman-rekaman fakta, bisa berupa pembandingan rekaman-rekaman fakta, dst.
###

Ketika "saya" merasakan lapar, misalnya, maka "saya" bisa menggunakan benak untuk mengatasi rasa lapar tersebut. Mencari alternatif pangan, mencari wadah pangan, mengambil pangan, dst.

1.3 menalar

Ketika manusia, "saya", beroleh masalah, ia akan berkonsultasi kepada benak ihwal masalahnya. Ketika manusia beroleh pertanyaan "Apakah aku nanti mati?", misalnya. Ketika itulah "saya" meminta nasehat benak untuk menjawabnya. Benak kemudian mencari berita-berita/informasi-informasi yang tersimpan yang dianggap terkait dengan soalan tadi. Mengalurkan berita-berita itu yang berujung pada jawaban terhadap soalan yang ada. Seperti itulah menalar/berpikir.

Kualitas hasil penalaran sangat bergantung pada kualitas bahan penalaran, yakni berita-berita yang dipakai, juga pada validitas pengolahannya. Ketika yang dijadikan bahan penalaran adalah pengetahuan-pengetahuan, yakni berita-berita yang sesuai fakta, sementara pengolahannya valid, maka hasil dari penalaran akan setara nilainya dengan fakta. Sementara jika bahan penalaran yang dipakai adalah campuran antara pengetahuan dengan bukan pengetahuan, atau bukan pengetahuan semua, meskipun dengan pengolahan benak yang valid, maka buahnya tak akan dapat dinilai setara dengan fakta. Kualitas bahan penalaran adalah wilayah bahasan filsafat pengetahuan. Logika, bidang kajian yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang validitas cara pengolahan dalam benak tersebut.

Penalaran ada 2 macam, deduksi dan induksi.

Deduksi adalah penilaian kasus khusus bersandar pada kasus umumnya. Contohnya, Amor mencuri, sementara mencuri adalah keburukan, maka Amor melakukan keburukan. Kebanyakan sidang di pengadilan, atau mungkin semuanya adalah upaya membuktikan penyimpulan semacam ini.

Induksi adalah upaya memperoleh hukum umum dari kasus2 khusus yang punya persamaan. Contohnya, besi memuai saat dipanaskan, air memuai saat dipanaskan, emas memuai saat dipanaskan, hidrogen memuai saat dipanaskan, maka kesimpulannya materi memuai saat dipanaskan.
###

Menarik dibaca:
*https://en.m.wikipedia.org/wiki/Epistemology
*https://en.m.wikipedia.org/wiki/Knowledge
*https://en.m.wikipedia.org/wiki/Reason
*https://en.m.wikipedia.org/wiki/Deductive_reasoning
*https://en.m.wikipedia.org/wiki/Inductive_reasoning
*Pendahuluan, dalam buku "Logika", oleh Drs. Mundiri