Rabu, 30 Mei 2018

4. Mencipta

4. Mencipta 

Mencipta adalah mengadakan objek dari tiada.

Pernah saya ikuti perdebatan tentang mungkinkah mencipta ini. Mungkinkah Tuhan mengadakan makhluk dari ketiadaan? Satu pihak bilang adalah mustahil mengadakan apapun dari ketiadaan, jelas-jelas tiada, tidak ada. Pihak lain bilang mencipta sebenarnya bukan mengadakan makhluk dari tiada, melainkan memindahkan wujud dari ranah potensi ke ranah aktual... Singkat kata tak ada kesimpulan pada akhirnya.
###

Pak Karyo mencipta meja dari potongan-potongan kayu. Ini mungkin contoh penerapan ide mencipta di atas. Dari tiada meja menjadi ada meja, dengan Pak Karyo sebagai penciptanya. Sekilas tak ada yang salah dengan hal itu. Tapi coba selami sedikit lebih dalam. Samakah makna yang disampaikan antara Pak Karyo mencipta meja (dari potongan-potongan kayu) dengan Tuhan mencipta makhluk (dari tiada)? Mencipta pada kasus meja adalah pengibaratan sementara mencipta pada kasus makhluk adalah makna hakikinya.

Jika dicermati ide tentang mencipta ini, ada beberapa poin yang mestinya diperhatikan. Poin pertama adalah penguasaan penuh subjek terhadap objek yang dicipta. Dalam kasus Pak Karyo dan meja misalnya, subjek benar menguasai sebagian sifat-sifat kayu atau dan meja tapi tak sepenuh sifat-sifatnya. Pak Karyo bisa mempengaruhi beberapa sifat kayu (di antaranya bentuknya dan warnanya) tapi tak bisa menentukan semua sifat kayu (termasuk perubahan fisisnya, bahkan ada dan tiadanya dalam alam materi). Pak Karyo tak bisa sesukanya mengubah kayu jadi puding rasa melon misalnya. Tak bisa pula Pak Karyo memindahkan wujud kayu dari alam materi ke alam kubur misalnya. Bisakah? (Andai Pak Karyo bisa, pasti beliau ini bukan tukang kayu biasa, tapi dewa kayu. 😅)

Poin kedua ide mencipta, sebagai konsekuensi logis dari poin pertama, adalah ketunggalan pencipta. Karena subjek menguasai sepenuhnya objek yang dicipta maka niscaya dia, dan hanya dialah, yang mencipta objek tersebut. Kalau ada campur tangan subjek kedua, ketiga, dst, secara hakiki, dalam mencipta objek, maka itu tidak lagi dapat disebut sebagai mencipta (dalam makna hakikinya). Adapun jika subjek kedua, ketiga, dst adalah pada hakikatnya ciptaan subjek pertama, maka campur tangan subjek kedua, ketiga, dst juga hakikatnya adalah dari subjek pertama, ini dengan demikian tak menyalahi ide tentang mencipta objek oleh subjek tunggal.
###

Konsep mencipta yang tampaknya cukup rumit, ada gambarannya, dan (tak disangka) ternyata cukup mudah. Menghadirkan sesuatu dalam benak. (Mengkhayal juga boleh lah.)

Coba anda bayangkan kartun ikan. Karena gaya tarik dari bawah ikan tersebut jatuh. Masuklah ia ke air. Mulailah ia mengeluarkan gelembung-gelembung udara yang melayang ke arah permukaan air karena gaya apung. Ada seorang mengendarai sampan mendekati ikan tadi, mengarahkan telunjuknya ke arah ikan. Seketika ikan berubah menjadi semangka seukuran tinggi orang tadi. Orang tadi mengarahkan telunjuknya lagi, seketika semangka menghilang. Cling!...

Anda perhatikan bahwa ikan dalam khayalan anda itu dapat anda apakan sesuka, semau anda. Anda perhatikan gaya tarik ke bawah, telunjuk orang, yang mempengaruhi ikan, itu tidaklah ada secara mandiri, termasuk gaya apung yang mempengaruhi gelembung udara, termasuk pengaruh telunjuk terhadap semangka. Semua gaya itu adalah dalam kuasa anda. Hakikatnya hanya anda subjek dalam kisah tadi, pun segenap gaya yang ada hanyalah milik anda.

Kira-kira demikianlah mencipta.
###

Kembali ke bagian yang lebih mendasar, yakni ke bahasan awal di bab ini, mungkinkah ada mencipta, mungkinkah mengadakan objek dari tiada?

Dengan menambahkan sudut pandang maka soalan ini akan lebih mudah dijawab.

Dari sudut pandang pengamat jelas bahwa tiada menjadi ada dan dari ada menjadi tiada itu bukan hal yang perlu dipertanyakan. Saya ajak anda kembali ke contoh meja. Meja tadinya tiada, benar-benar tidak ada, menjadi ada. Potongan-potongan kayu terpisah tadinya ada menjadi tiada.

Dari sudut pandang pencipta, objek ciptaan itu tak pernah tiada, ia selalu ada dan selalu bergantung. (Bagian ini akan menjadi jelas pada bahasan-bahasan selanjutnya. Insya Allah.)

Senin, 28 Mei 2018

3. Anda tak mandiri

3. Anda tak mandiri

(Perlu diperhatikan bahwa bahasan berikut bukanlah permainan kata-kata semata. Renungkan dengan baik, mudah-mudahan anda kemudian tahu apa yang dimaksud.)

Benar anda tunggal dan anda sederhana, seperti dijelaskan sebelum ini. Anda bukanlah organ-organ material yang anda gunakan untuk beraktivitas itu. Anda, selain itu, bukanlah pengetahuan-pengetahuan dalam benak itu. Pun anda bukan benak itu sendiri. Anda bukanlah perasaan-perasaan yang seolah sangat lekat itu. Pun anda bukan qalbu, hati, yang digunakan untuk merasa itu. Anda adalah (anda) yang menyadari, itu saja. Dan benar, ternyata tak mudah mendefinisi anda.

Bagaimanapun bahasan harus terus berjalan...

Sejauh ini yang dapat dipahami adalah bahwa ada anda, ada pula selain anda. Dari sudut pandang anda, anda adalah wujud hakiki, sama hakikinya dengan wujud selain anda (yakni alam materi termasuk organ-organ material anda, benak anda termasuk pengetahuan-pengetahuannya, hati anda termasuk perasaan-perasaannya). Selami sedikit kedirian anda maka anda akan paham apa yang disampaikan di sini!

Sekarang bagaimana anda tahu bahwa anda mandiri atau tidak?

Katakan saja bahwa anda menguasai ke"aku"an anda, sepenuhnya. Ternyata anda tak mungkin menguasai selain ke"aku"an itu. Sementara selain "aku" itulah yang hakikatnya menjadi batas, pada hakikatnya turut menjadikan "aku" hakiki (tentunya dari sudut pandang ke"aku"an). Dengan begitu (ternyata) anda sama sekali tak menguasai, bahkan ke"aku"an anda sendiri.

Anda perhatikan bahwa segenap organ tubuh yang katanya milik anda itu ternyata tak sepenuhnya dalam kuasa anda. Betapa akan sangat sibuknya anda andai harus mengatur setiap tarikan dan hembusan nafas, setiap detak jantung, setiap pergantian energi dalam tubuh, setiap pergantian sel, dst.

Anda perhatikan juga bahwa pengaruh anda di alam materi amat sangat jauh dari signifikan.

Anda perhatikan bahwa pengetahuan-pengetahuan anda bukanlah murni kuasa anda. Pada awalnya anda tak tahu apa-apa. Setelah sekian waktu, anda tahu tentang banyak hal. Karena yang tak punya tak mungkin memberi, anda yang dalam keadaan tak tahu pasti tak mungkin menjadikan anda kemudian tahu dengan sendirinya, maka jelas anda berhutang pengetahuan-pengetahuan yang anda punya itu. (Tapi berhutang pada siapa?)

Anda perhatikan bahwa segenap benak anda, termasuk adanya benak itu sendiri, tidaklah dalam kuasa anda. Itu hanya wujud yang dititipkan kepada anda.

Anda perhatikan bahwa rasa bukanlah sesuatu yang dalam kuasa anda. Pembuktiannya mudah. Dapatkah anda mewujudkan rasa anda sendiri terlepas apapun yang anda sadari?

Dan hati anda, bukan pula wujud yang anda kuasai.
###

Menarik dibaca:
* Some Disciplines Concerning the Clothes, dalam buku "Adab as-Salat: The Disciplines of the Prayer", oleh Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini

Selasa, 22 Mei 2018

2. Anda ini Apakah?

2. Anda ini apakah?

Materi adalah wujud yang dapat dijangkau dengan indera (yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, rabaan). Ciri-ciri materi, selain dapat diindera, di antaranya menempati ruang materi, selalu dapat dibelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, berubah seiring waktu.
###

Tidak pernah ada orang yang mengindera ke"aku"an. Dan tampaknya tak akan ada. Yang dapat diindera adalah tanda-tanda "aku", ataupun alat kelengkapannya, seperti organ-organ tubuh, atau bagi sebagian orang termasuk tubuh astralnya.

Secara massa dan volum apa yang membedakan orang hidup dengan mayatnya? Tampaknya tak ada. Secara induktif ini membuktikan bahwa wujud yang hidup, yakni "aku", tidaklah menempati ruang materi, tidak pula memiliki massa materi. Artinya "aku" bukanlah materi.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa "aku", atau hidup yang menyatu dengan tubuh, adalah semacam energi. Karenanya saat seorang mati massa dan volum materialnya tak berubah, tapi energinya yang berubah. Kita tanya, saat seorang mati, energinya, yakni "aku"nya pergi ke mana? Atau berubah jadi apa? Dengan kaca mata empirisme, yakni pengamatan inderawi, saya tak yakin ada yang bisa menjawab ini. Apakah menjadi tiada? Bagaimana bisa dijelaskan secara empiris bahwa ada menjadi tiada (cling!)?
###

Secara teori semua materi dapat dibelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Dalam prakteknya yang membatasi pembagian materi ini hanyalah ketelitian alat yang digunakan. Bagaimana dengan ke"aku"an anda, dapatkah dibagi-bagi?

Organ-organ tubuh anda dapat dibelah-belah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. (Tapi jangan dicoba! Sakit.) Apa-apa yang ada dalam benak anda, yakni pengetahuan-pengetahuan, dapat dipisah-pisahkan. Perasaan-perasaan anda dapat dipisah-pisahkan. Sekarang senang, beberapa saat yang lalu agak senang, kemarin suntuk, dst. Tapi coba perhatikan ke"aku"an. Anda bukanlah wujud yang tersusun dari sesuatu ditambah sesuatu yang lain, ditambah sesuatu yang lain lagi, dst. Karenanya anda tak mungkin membedakan "aku" yang dulu dengan "aku" yang sekarang, atau dengan "aku" yang kapanpun.
###

Satu lagi ciri yang dimiliki materi adalah tak menampakkan kesengajaan (atau keinginan, atau kehendak). Anda perhatikan bangkai ikan, atau ikan pingsan, saat dilempar di udara, ia bergerak hanya mengikuti gaya yang mengenainya, tarikan maupun tolakan. Samakah dengan ikan dalam keadaan sadar yang dilempar di udara?

Demikian pula, samakah antara orang hidup dengan orang yang tidur, atau mayat?
###

Menarik dibaca:
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Self
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Consciousness
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Soul
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Metaphysics
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Matter
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Incorporeality
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Sense

Jumat, 18 Mei 2018

1. Anda ada

1. Anda ada 

Anda dimaksud dalam makalah ini adalah manusia yang secara sengaja mengkajinya.

Pandangan tentang hakikat manusia setidaknya ada 3.

Paling lazim sepertinya, manusia dipandang sebagai fungsi penggabungan tubuh dengan jiwa. Ibarat rumah yang tersusun dari kayu, bata, semen, genteng, dst. Rumah adalah fungsi yang menyatukan unsur-unsur pembentuknya. Yang ada secara faktual adalah unsur-unsur pembentuk rumah, dengan format khas, dapat memenuhi fungsi tertentu, katakan menaungi. Karena hal itu kemudian rumah dianggap ada. Dalam pandangan ini manusia adalah fungsi, atau gambaran wujud, sementara yang ada secara faktual adalah tubuh dan jiwa yang berkaitan.

Pandangan kedua menyatakan bahwa manusia adalah wujud immateri yang sebagian alat kelengkapannya adalah tubuh material. Ibarat seorang yang mengendarai mobil, anda menggunakan tubuh untuk berinteraksi dengan alam materi. Yang membedakan manusia dari wujud immateri yang bertubuh material lainnya adalah penalaran (tingkat lanjut).

Pandangan ketiga menyatakan bahwa manusia adalah tubuh material yang terdiri dari sekian organ, sekian sistem organ. Pendek kata manusia adalah semata fungsi wujud material.

Mana pandangan yang sebenarnya mewakili hakikat manusia?

Menjawab ini perlu pembahasan pengantar tentang apa materi dan apa yang bukan. InsyaAllah pada bab-bab selanjutnya.
###

Prinsip pertama, setiap wujud pasti punya pengaruh, yakni ada tanda-tandanya. Mustahil satu wujud tak punya pengaruh, yakni tanpa tanda.

Gambaran mudahnya prinsip ini begini. Katakan ada materi tapi tak menempati ruang material, yakni tidak membatasi materi lainnya. Ia tak punya pula tanda-tanda materi. Mungkinkah ada materi semacam itu?
###

Prinsip kedua, hal yang berbeda pasti berasal dari sebab yang berbeda.
###

Perbuatan yang anda lakukan dengan sengaja ada, dan itu berbeda dari perbuatan anda yang tanpa sengaja, apalagi dari yang bukan perbuatan anda. Tindakan anda  menggerakkan tangan, misalnya, itu ada. Kita tahu bahwa itu ada karena ia berpengaruh, juga ada tanda-tandanya.

Pengetahuan anda ada. Saat anda merasa lapar, tahu bahwa tubuh anda perlu asupan makanan, misalnya, anda bereaksi dengan mencari makanan untuk menghilangkan rasa lapar. Anda tahu bahwa pengetahuan anda ada karenanya anda bereaksi sesuai dengannya. Yang itu anda tahu berbeda dari yang bukan pengetahuan anda.

Niat anda, kesengajaan anda, ada. Anda sadar bahwa kadang melakukan satu hal dengan sengaja, menggerakkan tangan untuk makan, mengunyah, dan menelan misalnya. (Tanpa kesengajaan acara makan anda akan jadi lain ceritanya). Yang itu anda tahu berbeda dari yang bukan niat anda.

Perbuatan anda ada, pengetahuan anda ada, niat anda ada, yang itu adalah bagian dari tanda-tanda anda. Mungkinkah ada tanda-tanda (anda) tanpa ada subjeknya (yakni anda)?
###

Menarik dibaca
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Existence
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ontology
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Sign
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Semiotics
* https://www.kompasiana.com/bro_chris/filsafat-manusia-kajian-filosofis-tentang-siapakah-manusia_581aa41d947e619f3219600c#
* On Curing The Wandering Imagination, dalam buku "Adab As-Salat: The Disciplines of The Prayer", oleh Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini

Rabu, 02 Mei 2018

7. Sebab-akibat

7. Sebab-akibat

Disadari atau tidak, setiap wujud, terindera atau tak terindera, terikat pada sebuah aturan. Aturan ini biasanya disebut dengan (hukum) sebab-akibat. Contohnya: setiap wujud pasti punya pengaruh. Wujud adalah sebab dalam contoh ini. Pengaruh adalah akibatnya.

Sebab-akibat adalah aturan yang meliputi semua wujud karenanya siapa yang dapat memahaminya secara sempurna adalah yang memahami semesta wujud secara keseluruhan. Karenanya, yang hakikatnya mengenal sebab-akibat hanyalah sang Pencipta.

Namun demikian siapapun yang punya potensi mengetahui, manusia misalnya, punya juga potensi mengenal sebab-akibat, tentunya sebatas semesta wujud yang dikenalnya. Atau lebih tepatnya manusia punya potensi mengenal gambaran dari sebab-akibat. Hal ini karena ia tidak mungkin mengenal semesta wujud sebagai sebuah keseluruhan. Karena bagaimanapun ia bukanlah yang melingkupi segenap wujud, ia bukan sang Pencipta.

Namun demikian anda tak perlu bersedih atau merasa putus asa bahwa hakikat sebab-akibat bukanlah untuk anda. Bukanlah wilayah tanggung jawab anda jika sesuatu di luar jangkauan anda. Tetapi tanggung jawab anda adalah terkait hal-hal yang dapat anda jangkau.
###

Dengan demikian yang disebut "sebab", termasuk dalam artikel ini, biasanya adalah gambaran dari sebab yang sebenarnya.
###

Kita akan melihat sebab-akibat dari sebuah sudut pandang. Istilahnya mungkin sudut filsafat gerak. (Yang tertarik mendalami filsafat gerak dipersilahkan browsing sendiri 😅).

Akibat adalah bagian akhir _sebuah_ gerak, proses, perubahan. Perlu dicermati bahwa gerak, mungkin, hakikatnya tidak akan terhenti pada satu atau banyak hal. Karena itulah pada awal paragraf ini ada ungkapan _sebuah_ . Jadi kita berfokus hanya pada gerak yang sedang dibahas. Sementara mengabaikan gerak-gerak sebelumnya, gerak-gerak sesudahnya, juga gerak-gerak di sekitarnya.

Sebab adalah apa-apa yang menyampaikan kepada akibat. Sebab ada 2 macam: bahan dan alat gerak. Bahan adalah hal yang mengalami gerak, yang dibahas. Alat gerak adalah yang menyampaikan bahan kepada akibatnya.

Sepotong kayu panjang menjadi dua potong kayu pendek. Akibat di sini adalah 2 potong kayu pendek. Bahannya adalah sepotong kayu panjang. Alat-alat geraknya bisa berupa gergaji, orang yang menggergaji, orang yang menginginkan kayu pendek, tenaga yang dipakai untuk menggergaji, maju-mundurnya gergaji, waktu yang dipakai untuk menggergaji, ide tentang dua potong kayu pendek, ide tentang penggunaan kayu pendek, dst.

Dalam hal bahan yang jelas, pertanyaan tentang sebab biasanya mengarah kepada salah satu atau beberapa alat gerak. Dalam hal bahan yang beragam atau belum diketahui maka pertanyaan tentang sebab bisa mengarah kepada bahan-bahan, bisa pula kepada alat-alat gerak, bisa pula keduanya. Tapi yang jelas adalah bahwa jawaban tentang sebab-sebab sesuatu harus dikembalikan kepada si penanya.
###

Metode Mill

Melengkapi pembahasan sebab-akibat, adalah metode induksi yang ditawarkan oleh John Stuart Mill.

A. Metode persamaan

Jika dua kesempatan atau lebih fenomena yang diamati hanya punya satu hal yang sama, hal yang berlaku pada semua kesempatan, itulah sebab (atau akibat) dari fenomena tsb.

Secara simbolis metode persamaan dapat diungkapkan:

ABCD hadir bersama wxyz
AEFG hadir bersama wtuv
------------------------------------
Maka A adalah sebab (atau akibat) w.

B. Metode perbedaan

Jika pada satu kesempatan fenomena yang diamati terjadi, dan pada satu kesempatan lain fenomena yang diamati tak terjadi, jika keduanya punya semua hal yang sama kecuali satu hal, yang satu hal itu hanya ada pada kesempatan terjadinya fenomena diamati; hanya hal yang membedakan keduanya itulah, sebab, atau akibat, atau bagian dari sebab fenomena yang diamati.

Metode perbedaan jika disimbolkan akan tampak seperti berikut.

ABCD hadir bersama wxyz
BCD hadir bersama xyz
----------------------------------------
Maka A adalah sebab, atau akibat, atau bagian sebab w.

C. Metode gabungan

Jika pada dua kesempatan atau lebih yang menghadirkan fenomena yang diamati hanya punya satu hal yang sama, sementara pada dua kesempatan atau lebih yang tak menghadirkan fenomena tersebut tak menghadirkan hanya satu hal tadi; hanya hal yang membedakan kedua set itulah, sebab, atau akibat, atau bagian sebab fenomena dimaksud.

Metode gabungan jika disimbolkan akan tampak seperti berikut.

ABC hadir bersama wxy
ADE hadir bersama wtu
BC hadir bersama xy
-----------------------------------------
Maka A adalah sebab, akibat, atau bagian sebab w.

D. Metode sisa

Sisihkan dari satu fenomena bagian-bagian yang diketahui sebagai akibat dari hal-hal tertentu, maka yang tersisa dari fenomena tersebut adalah efek dari hal-hal yang tersisa.

ABC hadir bersama wxy
B adalah sebab x
C adalah sebab y
-----------------------------------------
Maka A adalah sebab, atau bagian sebab w.

E. Metode keselarasan variasi

Fenomena apapun yang bervariasi seiring bervariasinya fenomena lain, adalah sebab, atau akibat fenomena lain tersebut, atau terhubung dengannya dalam sebab-akibat.

ABC hadir bersama wxy
A+-BC menghasilkan w+-xy
-----------------------------------------
Maka A terkait dengan w dalam sebab-akibat.
###

Menarik dibaca:
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Four_causes
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Mill%27s_Methods
* Hubungan Kausalitas, dalam buku "Logika", oleh Drs. Mundiri

6. Silogisme

6. Silogisme

6.1 Silogisme sederhana

Semua orang ingin bahagia. Semua orang pasti mati. Sekilas mendapati dua pernyataan itu, sebagian kita mungkin akan bertanya. Apakah keinginan untuk bahagia ada hubungannya dengan mati? Apakah bahagia ada pada kematian? Apakah semua yang ingin bahagia pasti mati? Dst.

Sebagian orang dermawan. Sebagian orang kikir. Apakah sebagian yang dermawan adalah kikir? Apakah hakikatnya kedermawanan tidak berlawanan dengan kikir? Dst.

Hubungan antar-term ternyata tak hanya ada pada term-term dalam satu pernyataan. Dalam hal dua pernyataan yang terkait, dua term dapat diketahui hubungannya. Yang menjadi kait antara kedua term tersebut adalah satu term yang secara sekaligus berada di kedua pernyataan. Kemudian dapat dihasilkan satu atau beberapa pernyataan baru yang menyampaikan hubungan antara kedua term yang sebelumnya tidak pada satu pernyataan.

Yang perlu diperhatikan sebelum melangkah pada penyimpulan tadi adalah harus adanya term kait. Yakni satu term yang secara sekaligus berada pada dua pernyataan.

A. Dua pernyataan dengan term kait identik

Semua orang ingin bahagia. Semua orang pasti mati. Kedua pernyataan ini punya term yang sama "semua orang", maka kedua term yang lain kemudian dapat disimpulkan hubungan-hubungannya dalam pernyataan-pernyataan yang baru.

B. Dua pernyataan dengan term kait bersinonim

Semua orang ingin bahagia. Semua manusia pasti mati. Pada contoh ini "semua orang" sama artinya dengan "semua manusia", dengan demikian kedua term yang lain hakikatnya saling berhubungan juga.

C. Dua pernyataan tak terkait

Semua orang ingin bahagia. Semua hewan pasti mati. Di sini pernyataan pertama tak terkait dengan pernyataan kedua. Karenanya, tanpa pernyataan lain yang mengaitkan keduanya, term-term pada pernyataan pertama tak mungkin dihubungkan dengan term pada pernyataan kedua, demikian pula sebaliknya.

Ari suka ayam. Ayam suka makan beras. Pernyataan pertama memuat "ari" dan "suka ayam", sementara pernyataan kedua memuat "ayam" dan "suka makan beras". Sama juga kedua pernyataan ini tak terkait.

D. Term kait mengawali pernyataan

Bentuk silogismenya KB, KC, dengan K adalah term kait, B dan C adalah term-term yang dicari hubungannya. Mengikuti pernyataan-pernyaaan yang menyusunnya bentuk ini memiliki beberapa variasi: OO, OI, OE, OA, II, IE, IA, EE, EA, AA. Masing-masing variasi tersebut menghasilkan kesimpulan masing-masing, yang dapat anda buktikan sendiri, dengan diagram lengkap atau dengan cara lain. Berikut adalah contoh penyimpulan sebagian variasi bentuk silogisme KB, KC dengan bantuan diagram lengkap.

Semua orang ingin bahagia. Semua orang pasti mati. Bentuk KB, KC variasi OO.
Diagram 6.1 tahap-tahap pembuatan diagram-diagram lengkap orang ingin bahagia, pasti mati

Diagram 6.2 orang ingin bahagia, pasti mati alt 1

Diagram 6.3 orang ingin bahagia, pasti mati alt 2

Diagram 6.4 orang ingin bahagia, pasti mati alt 3

Diagram 6.5 orang ingin bahagia, pasti mati alt 4

Diagram 6.6 orang ingin bahagia, pasti mati alt 5

Diagram 6.7 orang ingin bahagia, pasti mati alt 6

Diagram 6.8 orang ingin bahagia, pasti mati alt 7

Diagram 6.9 orang ingin bahagia, pasti mati alt 8

Diagram 6.10 orang ingin bahagia, pasti mati alt 9

Diagram 6.11 orang ingin bahagia, pasti mati alt 10

Mari lihat apa-apa yang kita dapatkan. 
1. Semua yang ingin bahagia pasti mati (salah), lihat diagram 6.4
2. Sebagian yang ingin bahagia pasti mati (benar)
3. Semua yang ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
4. Sebagian yang ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
5. Semua yang pasti mati adalah yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.5
6. Sebagian yang pasti mati adalah yang ingin bahagia (benar)
7. Semua yang pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2
8. Sebagian yang pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2

Mari lihat lebih jauh lagi
9. Semua yang tak ingin bahagia adalah yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
10. Sebagian yang tak ingin bahagia adalah yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.2
11. Semua yang tak ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.3
12. Sebagian yang tak ingin bahagia bukan yang pasti mati (salah), lihat diagram 6.6
13. Semua yang tak pasti mati adalah yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2
14. Sebagian yang tak pasti mati adalah yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.2
15. Semua yang tak pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.4
16. Sebagian yang tak pasti mati bukan yang ingin bahagia (salah), lihat diagram 6.6

Jika semua orang ingin bahagia dan semua orang pasti mati maka: sebagian yang ingin bahagia pasti mati, sebagian yang pasti mati adalah yang ingin bahagia.
###

Kita lihat contoh silogisme KB, KC yang lain. Kali ini dengan variasi OE. 

Orang adalah makhluk, orang bukan batu. Diagram-diagramnya seperti berikut.
Diagram 6.12 orang makhluk, nonbatu alt 1

Diagram 6.13 orang makhluk, nonbatu alt 2

Diagram 6.14 orang makhluk, nonbatu alt 3

Diagram 6.15 orang makhluk, nonbatu alt 4

Diagram 6.16 orang makhluk, nonbatu alt 5

Diagram 6.17 orang makhluk, nonbatu alt 6

Diagram 6.18 orang makhluk, nonbatu alt 7

Diagram 6.19 orang makhluk, nonbatu alt 8

Diagram 6.20 orang makhluk, nonbatu alt 9

Diagram 6.21 orang makhluk, nonbatu alt 10

Jika orang adalah makhluk dan orang bukan batu maka?... (Silahkan anda jawab)

E. Term kait mengakhiri pernyataan

Kadang kita dapati bahwa term kait menempati bagian akhir pernyataan-pernyataan. Variasi-variasinya sbb: OO, OI, OE, OA, II, IE, IA, EE, EA, AA. 

Contoh pada variasi OO: ayah manusia, ibu manusia, maka (hubungan ayah dengan ibu)? (Silahkan anda jawab dengan penjelasannya)

F. Term kait mengawali satu pernyataan, mengakhiri pernyataan lain 

Mungkin ini silogisme yang paling lazim. Paling banyak pula variasinya di antara silogisme-silogisme sederhana: OO, OI, OE, OA, IO, II, IE, IA, EO, EI, EE, EA, AO, AI, AE, AA. 

Jika manusia ingin bahagia dan Ahmad adalah manusia maka? Jika sebagian batu berharga dan ini batu maka? Jika Allah bukan makhluk dan saya bukan Allah maka? Dst.

Tanda bahwa anda menguasai silogisme sederhana adalah mampu memberikan kesimpulan atas pernyataan-pernyataan saling terkait, seperti apapun. Kecermatan, ketelitian, mungkin adalah kata kuncinya. Setahu saya kecermatan jugalah kata kunci untuk menguasai logika secara praktis.

6.2 silogisme bersyarat 

A. Lazim

Pernyataan bersyarat jika disertai dengan pernyataan yang terkait dengannya akan dapat menghasilkan pernyataan baru sebagai kesimpulan. 

Ada kalanya hubungan sebab-akibat yang dinyatakan pada pernyataan bersyarat adalah berupa kelaziman, kebiasaan. Dari pernyataan seperti ini akan menghasilkan pernyataan-pernyataan kesimpulan yang bersifat khas, membedakannya dari hubungan sebab-akibat yang pasti. 

Jika sebab terjadi maka akibatnya terjadi. Contoh: Jika hujan turun maka genteng basah. Hujan turun. Maka? Lazimnya genteng akan basah. 

Jika sebab tak terjadi maka akibat belum tentu tak terjadi. Contoh: Jika hujan turun maka genteng basah. Hujan tak turun. Maka? Genteng lazimnya tak basah, tapi bisa juga basah. Genteng bisa basah karena sebab lain, kan?

Jika akibat tak terjadi maka sebab tak terjadi. Contoh: Jika hujan turun, genteng basah. Genteng tak basah. Maka? Mestinya hujan tak turun. 

Jika akibat terjadi, sebab belum tentu terjadi. Contoh: Jika hujan turun, genteng basah. Genteng basah. Maka? Hujan bisa turun, bisa tak turun.

B. Pasti

Ada pula hubungan sebab-akibat yang bersifat pasti. Dikatakan bahwa sebab terhubung dengan akibat secara hakiki. 

Jika matahari terbit maka malam menghilang. 

Matahari terbit. Pasti malam menghilang. Jika sebab ada maka akibat terjadi.

Matahari tak terbit. Pasti malam tak menghilang. Jika sebab tak terjadi maka akibat pasti tak ada. 

Malam menghilang. Pasti matahari terbit. Jika akibat terjadi pasti sebabnya ada. 

Malam tak menghilang. Pasti matahari tak terbit. Jika akibat tiada maka pasti sebabnya tak ada. 
###

Hubungan yang hakiki antara dua hal tak mungkin diketahui tanpa pengenalan yang lengkap terhadap masing-masing hal itu. Sementara hakikat sesuatu biasanya bukan hanya sisi materialnya saja.
###

Menarik dibaca:
* Silogisme, dalam buku "Logika", oleh Drs. Mundiri