Kamis, 07 Juni 2018

6. Ada, saling berkait

6. Ada, saling berkait

Dalam hal pencipta dengan ciptaannya maka jelas bahwa keduanya berkaitan. Kaitan ini tidak seperti hubungan antara subjek dengan objek, tapi lebih erat dari itu yakni seperti hubungan subjek dengan predikatnya, seperti hubungan subjek dengan perbuatannya. Hanya dalam konsep tampaknya dapat dipisahkan perbuatan dari subjeknya. Dapatkah dalam fakta perbuatan dilepaskan dari subjeknya?

Bagaimana kemudian kaitan antara ciptaan yang satu dengan ciptaan lainnya, dengan pencipta yang sama? Pertama, ciptaan-ciptaan itu dapat saling mempengaruhi. Ciptaan yang satu dapat menjadi alat gerak bagi ciptaan lainnya. Contoh penggambarannya seperti angin yang menggerakkan daun-daun, atau seperti panas yang mengubah sifat-sifat benda yang dikenainya. Pencipta dalam hal ini menjadikan ciptaan-ciptaannya sebagai gambaran alat gerak. Hakikatnya yang menjadi alat gerak tentu pencipta itu juga. Bukan begitu? Kedua, jika diperhatikan lebih dalam, bahkan wujudnya ciptaan yang satu kemudian memaksa ciptaan yang lain tidak menempati dimensi (gambarannya dalam alam materi adalah ruang-waktu) yang sama. Ibarat dua perbuatan yang berbeda oleh subjek yang sama, ia meniscayakan perbedaan dimensi itu. Bukankah mustahil satu subjek melakukan dua perbuatan dalam dimensi yang sama? Contoh penggambarannya seorang berjalan dan melihat di waktu yang sama. Meskipun waktunya sama, unsur keruangan berjalan berbeda dari melihat.  Itu artinya berjalan dan melihat saling membatasi, yakni saling mempengaruhi juga, kan?

Bagaimana kemudian kaitan antara ciptaan yang satu dengan ciptaan yang lain, oleh pencipta yang berbeda? Bagaimana, misalnya, kaitan antara pengetahuan seorang dengan pengetahuan orang lain? Sulit menilai? Ternyata tidak. Kedua pengetahuan tersebut jelas menempati dimensi yang berbeda. Artinya keduanya hakikatnya saling membatasi juga. Artinya dua pengetahuan oleh dua subjek berbeda hakikatnya saling berkait juga secara dimensional.

Dengan demikian semua wujud kemudian adalah saling berkaitan. Hakikatnya tak ada yang namanya banyak alam itu. Yang ada hanya satu alam saja, satu semesta wujud saja, mungkin dengan banyak semesta bagian.

Artinya? Segenap wujud hanyalah gambaran, hanyalah perbuatan oleh satu subjek saja, sebut saja sang Pencipta.
###

Sampai di titik ini anda mungkin akan bertanya lagi. Katakan bahwa semua yang ada itu berasal dari satu wujud saja, tapi satu wujud itu ada dari mana? Apakah ia berasal dari ada atau dari tiada? Tidakkah cukup jelas bahwa tiada itu artinya juga ketiadaan pengaruh, tiadanya akibat? Faktanya?

Jelaslah kemudian bahwa sang Pencipta tak berawal. Apakah Dia juga lalu tak berakhir kepada ketiadaan? Katakan bahwa adanya Dia sekarang adalah sebab bagi adanya Dia kemudian. Ketika sesuatu ada maka pengaruhnya, akibatnya, juga ada. Ketika Dia sekarang ada maka kemudian, yakni salah satu akibat dari wujudnya yang sekarang, Dia pun ada. Demikian seterusnya, tanpa akhir. Maka jelas bahwa Diapun tak berakhir kepada tiada. Agak aman (ada kemungkinan kita tak berakhir pada ketiadaan)...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar