Kamis, 02 Agustus 2018

Islam 100%

Islam 100%

Islam adalah ajaran yang diturunkan untuk segenap manusia. Oleh Allah, sebagai bentuk kasihNya, disampaikan melalui segenap utusan mulia, dari Adam (as) hingga sang Nabi terakhir, Muhammad (saw). Sebagai satu ajaran yang utuh, dalam masa kenabian terakhir, Islam dibawa, dipahami, diamalkan, disampaikan, dijaga oleh Muhammad (saw). Pada masa ini beliaulah Islam itu sendiri. Sementara manusia lain, pada masa kenabian beliau, semuanya, adalah pelajar, peniru Islam, di hadapan beliau.

Namun demikian, salah satu kehilangan terbesar dalam sejarah manusia tampaknya harus terjadi. Muhammad (saw) berpulang pada tahun ke-10 hijrah, bertepatan dengan tahun ke-632 masehi. (Allah lebih tahu betapa besar kehilangan yang dirasakan kaum beriman dengan terputusnya wahyu, dengan wafatnya sang Nabi). Apakah kemudian Islam sebagai satu ajaran yang utuh terkubur bersama jasad mulia beliau?

Mari kita simak ilustrasi yang melatari tanya tsb. Ini adalah ilustrasi untuk memudahkan pemahaman saja, mungkin bukan yang paling tepat, tapi insyaAllah menyampaikan maksud yang ingin saya sampaikan.

Katakan bahwa Muhammad (saw) adalah manifestasi sempurna Islam, seperti diungkap sebelumnya. Generasi yang belajar langsung tentang Islam kepada Nabi (saw) disebut dengan para sahabat (Nabi). Generasi yang selanjutnya belajar tentang Islam kepada para sahabat disebut tabiin. Dst.

Para sahabat beragam dalam hal kecerdasan, kesungguhan, juga lamanya belajar dari Nabi. Dari segi lamanya berinteraksi dengan Nabi misalnya. Ada sepupu Nabi, sekaligus anak angkat, juga menantunya yang telah mengenal dekat siapa Nabi, selama masa kerasulan, bahkan lebih lama lagi. Ada Abu Bakar, pedagang yang memeluk Islam pada masa awal kenabian, sebagai orang pertama di luar keluarga Muhammad yang mengakui kenabian beliau. Ada Abu Hurairah yang berislam sejak empat tahun menjelang wafat Nabi. Dengan asumsi bahwa ada bias dalam penerimaan ajaran Islam dari Nabi kepada para sahabat ini, atau setidaknya fakta bahwa Nabi tidak selalu bersama dengan masing-masing sahabat, maka kemudian apa yang ada pada Nabi tak sama persis dengan apa yang ada pada masing-masing sahabat.

Katakan bahwa Muhammad (saw) adalah Islam 100%, Abu Bakar memahami Islam 90%, Umar memahami 70% dari Islam, dst. Setelah itu ada generasi tabiin yang berguru tentang Islam kepada para sahabat, tentunya dengan kadar pemahaman yang lebih rendah dari para sahabat utama Nabi. (Toh?) Demikian seterusnya hingga kita yang hidup ratusan tahun, seribuan tahun lebih setelah Nabi wafat. Alhasil, berapa persen keislaman kita, atau keislaman para ahli Islam di zaman kita? 10%? 5%? Silahkan perhatikan narasi yang dibangun oleh sebagian orang yang menyatakan bahwa generasi terbaik adalah para sahabat. Setelah itu adalah tabiin. Setelahnya adalah tabiit tabiin. Dst. Betapa malang nasib anda, saudara! Anda lahir teramat jauh dari zaman Nabi. Anda lahir teramat jauh dari zaman dan predikat "terbaik". Takdir, terima saja!(?)

Jika dirunut kembali ke belakang pada saat Nabi saw berpulang, dengan teori keberagamaan seperti disebutkan, maka sebenarnya Islam sudah tiada. Mengapa? Bukankah yang ada adalah 90% Islam, 70% Islam, dst, bukan Islam sebagai satu bangunan utuh? Adakah yang akan bilang bahwa Islam tetap ada 100% dengan menggabungkan keislaman masing-masing sahabat? Saya berani jamin tak ada yang dapat menunjukkan Islam 100% seperti apa, dengan teori semacam itu.

Atau apakah Islam itu maksudnya semangat, spirit semata, tanpa rincian amaliah yang tertentu? Dalam Islam ada ajaran salat misalnya. Jika niatnya benar maka salatnya benar? Apakah salat yang beragam, masing-masing mazhab punya cara salatnya sendiri, itu benar semua (bergantung niatnya)? ###

Mari sejenak kembali kepada salah satu sumber ajaran Islam paling terpercaya. Yang diakui posisinya sebagai rujukan utama semua muslim. AlQuran. (Atau ada yang meragukan posisi dan keaslian alQuran? Bisa, bisa banget didiskusikan. Sambil ngopi?) Jadi apa yang alQuran katakan tentang polemik ini?

"Wahai sekalian kaum beriman masuklah dalam Islam, semua!..." Atau "Katakan: Jika kalian mencintai Allah maka tirulah saya (Muhammad)!..."

Apakah dengan ungkapan ini Allah bercanda? Mustahil menjadi seperti Nabi, yakni Islam 100%, tapi Allah mengajak semua mukmin menjadi seperti Nabi? Apakah Dia pernah bergurau dengan ungkapan semisal "Wahai sekalian manusia jadilah kecebong atau kampret (secara harfiah)!"? Perlukah Allah membanyol hanya untuk menyenangkan anda?

"Ia (alQuran) sungguh satu pernyataan tegas. Dan ia bukanlah candaan."

Semakin jauh menyelami alQuran dengan dada dan pikiran terbuka akan anda dapati bahwa menjadi seperti Nabi, bukanlah pepesan kosong. Itu bukan candaan sama sekali. Itu kalau belajar dari ahlinya. Siapa? Ya, Nabi lah. Atau yang serupa dengan beliau. Emang ada? ###

Alkisah. Kaum Nasrani dari Najran meyakini bahwa Isa bin Maryam adalah tuhan. Argumennya adalah bahwa ia tak punya ayah biologis. Pada Surah Ali Imran: 59 alQuran menjawab argumen tsb. "Perumpamaan Isa di sisi Allah sungguh seperti Adam. Dia menciptanya dari debu. Lalu Dia bilang kepadanya 'Jadi!' Maka terjadi."

Menjawab lebih lanjut keyakinan kaum Nasrani tsb Allah mempersilahkan Nabi, disertai orang-orang terdekatnya, mengajak kaum Nasrani bermubahalah. Yakni beradu doa di area umum, agar pihak yang klaimnya salah beroleh bencana dan kehancuran seketika. Tertarik dengan kelanjutannya? Silahkan cari buku tentang "mubahalah".

Kembali ke topik kita. Adapun yang menarik tentang kisah ini adalah bagaimana Allah dan alQuran mengungkapkan secara harfiah orang-orang yang terlibat di dalamnya. Khususnya dari pihak Muhammad (saw).

"...maka katakan! Mari kita ajak anak-anak kami dan anak-anak kalian, juga perempuan-perempuan kami dan perempuan-perempuan kalian, juga diri-diri kami dan diri-diri kalian, lalu kita bermubahalah..."

Salah satu yang paling menarik adalah bagaimana Allah menyebutkan sebagian peserta mubahalah dengan ungkapan "diri-diri kami". Yakni orang selain Nabi yang Allah samakan dengan diri Nabi. ###

Seolah ayat-ayat tentang mubahalah tsb ingin mengungkapkan siapa ulul amr (secara harfiah: para pemilik otoritas) dalam Surah anNisa: 59. "Wahai kaum beriman sekalian taatilah Allah, taati pula sang Rasul dan ulul amr dari kalian..."

Betapa dalam ayat tsb ketaatan kepada ulul amr disandingkan dengan ketaatan kepada Allah dan rasulNya. Silahkan cermati bahwa secara tekstual ketaatan kepada ulul amr dalam hal ini tanpa syarat sebagaimana ketaatan kepada Allah, pun rasulNya. Mengapa demikian? Karena ulul amr dalam ungkapan Allah disetarakan dengan sang Rasul, seperti diungkapkan dengan frasa "diri-diri kami" pada rangkaian ayat mubahalah. ###

"Dan mereka yang ingkar akan bilang 'anda bukan seorang rasul'. Katakan! 'Cukuplah Allah sebagai saksi antara saya dan kalian, juga dia yang padanya pengetahuan sang kitab.'" (AlQuran Surah arRa'd: 43)

Sang kitab dalam hal ini adalah ungkapan lain untuk kitab yang terang, lembaran yang terjaga. Lauhul mahfuz.

Bagian akhir ayat ini seolah turut menjelaskan siapa ulul amr. Bukankah wajar bahwa seorang pemegang otoritas atas segenap manusia adalah setara dengan Nabi, juga seorang yang tahu tentang ilmu dalam lauhul mahfuz? Dan berita baiknya masih banyak lagi ayat lain yang turut menjelaskan siapa ulul amr. ###

Silahkan bertanya kepada para pakar sejarah Islam tentang siapa sosok yang dimaksud dengan ulul amr, atau "diri-diri kami", atau dia yang padanya ilmu sang kitab! Itu adalah orang yang sama. Itulah Islam 100% sebagaimana Nabi (saw). Para pakar itu tak akan punya sandaran kuat untuk menolak bahwa itu adalah tentang bin Abu Talib, Ali. ###

Menarik dibaca:
* AlQuran, Surah Ali Imran: 19, tentang Islam sebagai agama yang benar
* ibid, Surah Ali Imran: 59-61
* ibid, Surah Yunus: 61, tentang kitab yang terang
* ibid, Surah alBuruj: 22, tentang lembaran yang terjaga
* ibid, Surah alMaidah: 3, tentang Islam sebagai agama yang disenangiNya
* ibid, tentang lengkap dan tuntasnya agama (dengan kenabian Muhammad)
* ibid, Surah Ali Imran: 31, tentang meniru Muhammad (saw)
* ibid, Surah alBaqarah: 108
* ibid, Surah atTariq: 13-14
* ibid, Surah anNisa: 59
* ibid, Surah arRa'd: 43
* https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Hurairah
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakr
* https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ali
* https://id.m.wikipedia.org/wiki/Najran
* https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html
* Imamate and Infallibility of Imams in the Quran, oleh Ridha Kardan. versi buku elektroniknya dapat diunduh di link ini. https://www.al-islam.org/imamate-and-infallibility-imams-quran-ridha-kardan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar